Tidak ada kebudayaan di dunia yang menyuruh manusia tidak memuliakan tamu. Hanya saja dalam budaya Jawa yang penuh kesungkanan hal ini bisa menimbulkan miskomunikasi.
Saya kerap mendengar cerita tentang insiden “lupa menyuguhkan minuman kepada tamu” saat seseorang bertamu ke rumah rekannya. Tentu jika sampeyan yang mengalami hal ini akan sangat pahit. Apalagi di Indonesia yang dikenal sebagai negara tropis dan berada di garis khatulistiwa. Hal ini berarti cuaca panas selalu melanda perjalanan sampeyan kemana pun. Agak menyiksa memang ketika bertamu dan sang tuan rumah alpa menyajikan minuman. Dengan budaya ewuh pekewuh yang tinggi, sebagai tamu pun sampeyan akan merasa sungkan meminta minum. Menunggu ditawari minuman hingga nyaris pingsan adalah hal yang bisa sampeyan lakukan di situasi tersebut.
Jika sampeyan setidaknya pernah satu, dua, atau berkali-kali mengalami insiden tragis tersebut, jangan tergesa-gesa menyalahkan tuan rumah. Menganggap tuan rumah tidak menghargai sampeyan sebagai tamu adalah tindakan yang kurang bijak dan tidak pantas dilakukan. Justru sebaliknya, bisa jadi sampeyan saking dianggap sang tuan rumah sebagai sahabat dekat sehingga tidak perlu disajikan minum. Sang tuan rumah berpikir dengan kerangka “menganggap sampeyan sebagai orang dekat sehingga tidak akan sungkan meminta minum”. Bukankah kerap terdengar ungkapan “anggap saja rumah sendiri”. Maksud tuan rumah tentu supaya tamu merasa di rumah sendiri. Padahal dalam kultur Indonesia, menganggap milik orang lain adalah milik sendiri adalah sama dengan tidak etis. Ora ilok.
Jadi, ketika sampeyan tidak disuguhi minuman dan makanan, tenang dulu, jangan marah. Anggap saja sang tuan rumah sedang menganggap sampeyan berada di rumah sendiri. Padahal, sampeyan bertandang itu kadang ingin merasakan pengalaman di rumah orang lain karena rumah sendiri amburadul.
Gambari diambil dari http://michaeltanate.files.wordpress.com/2010/12/ist2_4588664-half-empty-glass-of-water-with-clipping-path.jpg
