Lihat ke Halaman Asli

Ardi Winangun

TERVERIFIKASI

seorang wiraswasta

Habis Koalisi Terbitlah Koalisi

Diperbarui: 7 September 2023   07:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bendera partai politik peserta pemilu terpasang di kantor Komisi Pemilihan Umum, Jakarta, Jumat (27/1/2023). (KOMPAS/HENDRA AGUS SETYAWAN)

Memilih pasangan capres dan cawapres dalam Pemilu Presiden (Pilpres) tahun 2024 demikian alotnya sehingga diperlukan banyak lobby-lobby politik, pertemuan antarelit partai bahkan adanya cawe-cawe Presiden. 

Alotnya penentuan pasangan capres dan cawapres sebab banyaknya orang yang ingin menjadi cawapres di samping adanya upaya keberlanjutan program pembangunan dari Presiden Joko Widodo sehingga presiden cawe-cawe dalam membentuk dan mendorong terbangunnya koalisi.

Setahunan yang lalu untuk menyongsong Pilpres 2024, tiga partai politik yakni Partai Golkar, PPP, dan PAN membentuk koalisi yang bernama Koalisi Indonesia Bersatu (KIB). 

Koalisi ini berhimpun untuk menjaring calon-calon potensial dalam pilpres. Ganjar Pranowo disebut sebagai capres potensial yang hendak diusung oleh KIB. Ganjar Pranowo dipilih sebab dirinya memiliki elektabilitas yang tinggi namun saat itu partainya. PDIP, belum mengusung dirinya sebagai capres.

Tak lama setelah ada KIB, muncullah Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR). Koalisi yang dibentuk oleh Partai Gerindra dan PKB ini memiliki tujuan yang lebih jelas yakni mendorong lahirnya pasangan capres dan cawapres dari dalam koalisi sendiri. 

Kemauan yang diinginkan dari dalam koalisi itu adalah Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto sebagai capres, sedang Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar sebagai cawapres. Meski demikian, harapan dari dalam terutama dari PKB untuk Menyusun pasangan capres -cawapres tidak segera terwujud.

Setelah ada KIB dan KKIR, terbentuklah Koalisi Perubahan Untuk Perubahan (KPP). Koalisi yang dibentuk oleh Partai Nasdem, PKS, dan Partai Demokrat itu, langsung menyepakati Anies Baswedan sebagai capres.

Meski sudah ada nama-nama capres namun siapa cawapres belum ditemukan, masih di-delay, sehingga di sinilah koalisi yang ada mulai goyah. Bahasa positifnya disebut dinamis. 

Adanya perubahan sikap dari PDIP yang sebelumnya enggan mencapreskan Ganjar Pranowo yang kemudian ternyata memilihnya sebagai capres, terjadinya perubahan besar dalam perkoalisian. 

KIB bubar karena PPP dan Golkar-PAN memilih jalan yang tak sama. PPP segera mendeklarasikan Ganjar Pranowo sebagai capres bersama dengan PDIP.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline