Lihat ke Halaman Asli

Ardi Winangun

TERVERIFIKASI

seorang wiraswasta

Dingin Kepada Junta Militer, Ada Apa dengan ASEAN?

Diperbarui: 5 Maret 2021   07:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang polisi (tengah) mengacungkan senapannya dalam bentrokan melawan massa yang ikut dalam demonstrasi menentang kudeta militer Myanmar di Naypyidaw, pada 9 Februari 2021. (STR via AFP/kompas.com)

Kondisi Myamnar selepas kudeta yang dilakukan oleh Junta Militer pada 1 Februari 2021, semakin memanas. Penolakan aksi yang dilakukan oleh Junta Militer terhadap pemerintahan sipil, ditolak dan didemo oleh rakyat Myanmar. 

Di berbagai kota, berbagai kalangan sipil dan anak muda turun ke jalan untuk meminta kepada Junta Militer mengembalikan kekuasaan kepada pemerintah yang sah dan membebaskan pemimpin Aung San Suu Kyi.

Sebagai kekuatan yang dominan dan selalu membayang-bayangi demokrasi di Myanmar sejak tahun 1962, tentu Junta Militer cuek terhadap apa yang dimaui rakyat pendukung pemerintahan sipil. 

Junta Militer akan terus bertahan terhadap apa yang mereka lakukan sebab mereka tidak mau kehilangan pengaruh dan kekuasaan.

Para jenderal berpikir, paling para demonstran tidak akan bertahan lama dalam menyampaikan tuntutannya. Junta Militer berpikir kehidupan akan kembali normal dan rakyat akan segera melupakan apa yang terjadi sebab di negeri yang pernah bernama Burma, Birma, itu yang namanya kudeta kerap terjadi. Selanjutnya kehidupan kembali seperti sedia kala.

Kudeta militer yang terjadi di Myanmar tidak hanya menimbulkan gejolak demokrasi di sana namun juga menimbulkan kepedulian negara-negara besar seperti Amerika, Inggris, Perancis, dan sekutu-sekutu negara tersebut. 

Mereka tak sekadar mengutuk terhadap apa yang dilakukan oleh Junta Militer namun Amerika Serikat memberi sanksi kepada pejabat Junta Militer yang memiliki akses-akses bisnis yang mereka kuasai dan kendalikan.

Dalam memboikot dan memberi sanksi kepada Myanmar, Amerika Serikat meski sebagai negara besar namun mereka mengaku tidak bisa sendiri. 

Negeri Paman Sam mengajak negara-negara lain seperti India, Jepang, dan bangsa-bangsa yang tergabung dalam ASEAN melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh Amerika Serikat. 

Dengan mengeroyok Junta Militer Myanmar, Amerika Serikat berharap kondisi demokrasi di negara itu kembali kepada pemerintahan sipil. 

Ajakan Amerika Serikat kepada negara yang terhimpun dalam ASEAN untuk memboikot Myanmar memang sangat tepat sebab negara ini adalah anggota ASEAN. Selain itu aliran-aliran uang dan kekayaan para jenderal dari Myanmar banyak yang tersimpan di Singapura.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline