Lihat ke Halaman Asli

Ardi Winangun

TERVERIFIKASI

seorang wiraswasta

Penetrasi Budaya Sepak Bola Global ke Indonesia

Diperbarui: 27 Maret 2019   14:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: Pelatih Timnas Indonesia Indra Sjafri menenangkan pemain yang larut dalam kesedihan setelah dikalahkan Australia dalam turnamen Piala AFC U-19 di Stadion Thuwunna, Yangon, Minggu (12/10/2014). Sebelumnya Indonesia menyerah 1-3 dari Iran pada pertandingan pertama. (KOMPAS/HERU SRI KUMORO)

Saat belajar di sekolah dasar (SD), kita mendapat pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Pelajaran ini disukai banyak siswa karena tidak seperti matematika yang dirasa menakutkan, sudah ilmunya rumit, ditambah gurunya galak pula. 

Dalam salah satu bab di IPS, guru menceritakan bahwa Indonesia merupakan negara yang berada di antara dua benua dan dua samudera. Posisi yang demikian disebut oleh guru itu membuat Indonesia menjadi wilayah yang strategis. Ia menjadi tempat persilangan lalu lintas dunia.

Akibat yang demikian, di mana Indonesia adalah negara yang terbuka, membuat segala unsur yang ada di dunia mewarnai atau mengubah kebiasaan masyarakat yang sudah ada. Masuknya budaya dari luar, entah itu dari Eropa, Arab, Persia, India, China, dan negara yang mempunyai peradaban tinggi lainnya, membuat bangsa ini dari waktu ke waktu mengalami perkembangan budaya yang bisa menyesuaikan dengan hal-hal yang trend atau popular. Rumah dan pakaian yang ada sebelumnya sangat sederhana. 

Begitu budaya dari luar masuk, rumah yang dihuni tak sekadar untuk tidur dan berlindung dari panas matahari dan hujan namun juga menyediakan kolam renang, bar, ruang baca, mirip hunian orang-orang Eropa. Nama rumah pun tidak lagi griya atau wisma namun menjadi palace, palazo, dan nama-nama yang terkadang aneh bagi orang yang kali pertama mendengarnya.

Masuknya budaya asing itu tidak berhenti meski dari segi budaya, bangsa ini sudah memiliki identitas sendiri dan itu berusaha dijaga agar tidak tergoyahkan atau digantikan oleh budaya asing yang disebut tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa. Padahal bisa jadi leluhur kita dahulu mengadopsi budaya lain untuk menyesuaikan dengan perkembangan jaman.

Dalam era globalisasi, ditandai dengan kemajuan teknologi informasi yang cepat dan mudah, migrasi manusia yang hanya butuh beberapa jam dari tempat jauh untuk ke Indonesia, serta perdagangan baik materi maupun jasa, membuat serbuan atau masuknya budaya asing ke Indonesia semakin cepat. Budaya asing masuk ke Indonesia tidak pernah berhenti. Masuknya budaya asing ini meliputi semua sendi kehidupan manusia termasuk dalam dunia sepakbola.

Sebagai salah satu cabang olahraga paling popular di dunia, sepakbola kita di tahun 1980-an mulai berubah. Berubahnya budaya sepakbola di negeri ribuan pulau ini bisa terjadi ya karena faktor globalisasi tadi, karena teknologi televisi selanjutnya disusul media massa yang lain, membuat orang-orang yang terlibat di dalamnya meniru bahkan ingin menyamakan diri dengan budaya sepakbola dari negara yang sudah maju, kiblat sepakbola, sebut saja negara Eropa.

Perubahan budaya sepakbola di sini bisa dilihat dari beberapa hal. 

Pertama, dalam segi bahasa, sepakbola negeri ini secara frontal telah menggunakan bahasa-bahasa asing dalam aktivitas sepakbola dan meninggalkan kosa kata dari bahasa Indonesia. Di tahun 1980-an ke bawah, dunia sepakbola bangsa ini masih mencomot kata-kata dari bahasa Indonesia untuk beraktivitas dalam dunianya. 

Waktu itu masih sering melihat dan mendengar kata piala, liga sepak bola utama, perserikatan, persatuan sepak bola, pertandingan, pelatih, dan juara. Kata-kata itu sekarang nyaris tidak digunakan dan gantinya muncul kata-kata dari bahasa asing seperti champion, football club, Indonesia Super League, cup, match, live, winer, team, coach, diving, soccer, friendly match, supporter, el classico, dan masih banyak lagi dijumpai bila berada di stadion saat big match.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline