Lihat ke Halaman Asli

Ardi Winangun

TERVERIFIKASI

seorang wiraswasta

Vietnam Kekuatan Baru Sepak Bola Asia

Diperbarui: 29 Januari 2019   08:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dari waktu ke waktu persepakbolaan Indonesia sepertinya semakin tertinggal oleh negara-negara lain. Jangankan di level internasional, di lingkup Asia Tenggara, Indonesia pun semakin nyungsep. Di era tahun 1970 hingga 1990-an, negara ini bisa dikatakan sebagai macan sepak bola di kawasan Asia Tenggara. Thailand saja susah mengalahkan Indonesia apalagi negara-negara yang baru lepas dari perang saudara seperti Vietnam.

Namun itu semua kenangan manis, sekarang semuanya terbalik. Dulu Thailand yang kesulitan mengalahkan Indonesia sekarang Indonesia yang kerepotan dan kesulitan menghadapi negeri Gajah Putih itu. Indonesia dalam Piala AFF, sering terganjal atau dikalahkan oleh mereka. Dulu Vietnam yang tak pernah menang menghadapi Indonesia pun sekarang menjadi kekuatan baru dalam pentas sepak bola tidak hanya di Asia Tenggara namun di Asia.

Selepas Vietnam Juara AFF Tahun 2018, kesebelasan yang dijuluki The Golden Dragons itu dalam Piala Asia 2019 yang digelar di Uni Emirat Arab (UEA), yang saat ini sedang berlangsung, berhasil menunjukan lidah apinya yang menyengat lawan. Ia berhasil melaju ke babak delapan besar. Mereka yang lolos delapan besar tidak hanya sebagai kekuatan Asia namun juga dunia, seperti China, Iran, Vietnam, Jepang, Korea Selatan, Qatar, UEA, dan Australia.

Bagi Vietnam, lolos ke babak delapan besar merupakan prestasi yang sangat luar biasa sebab yang dihadapi bukan kesebelasan macam tetangganya, yakni Kamboja dan Laos namun mereka adalah kekuatan-kekuatan sepak bola Asia dan dunia. Dirinya melaju ke delapan besar setelah dalam babak 16 besar berhasil mengalahkan Yordania lewat adu pinalti dengan skor yang cukup mencolok 4-2.

Melajunya negeri yang sangat kesohor di Amerika Serikat, karena Amerika pernah melakukan operasi perang besar-besaran di sana, bukan karena keberuntungan yang menyertai dirinya. Lolosnya Vietnam karena trend positif pekembangan sepak bola di negeri Paman Ho itu. Sebelum torehan prestasi di AFF 2018 dan AF 2019, negara yang berada di tepi Laut China Selatan mampu melaju ke semifinal sepak bola Asian Games XVIII Tahun 2018 yang berlangsung di Jakarta-Palembang,  Indonesia. 

Melaju ke semifinal atau 4 besar, Vietnam bersama dengan UEA, Jepang, dan Korea Selatan. Meski dalam perebutan tempat ketiga kalah dengan UEA, lewat adul pinalti 3-4 dan gagal membawa medali perunggu, namun lolos ke semifinal dalam ajang olahraga antarbangsa terbesar di Asia, bagi negeri semacam Vietnam, merupakan prestasi yang sangat luar biasa.

Pada gelaran sebelumnya, Piala Asia U-23 yang berlangsung Januari 2018, di Changzhou, China, negeri itu juga menunjukan prestasi yang sangat luar biasa, berhasil lolos ke final meski dalam babak terakhir itu dikalahkan Uzbekistan dengan sekor 2-1. Kemenangan yang diraih Uzbek pun terbilang diperoleh dengan susah payah, lewat babak tambahan.

Kebangkitan sepak bola di negeri yang pernah saya kunjungi itu bisa jadi menggunakan rumus yang sangat sederhana, yakni fokus dan keseriusan dalam melakukan pembinaan sepak bola dan dengan tegas mengabaikan kepentingan pribadi dalam mengelola sepak bola. Meski dari segi liga sepak bola Vietnam tertinggal dengan Thailand (9), Malaysia (13), dan Filiphina (19), namun secara peringkat Vietnam (19) masih di atas Indonesia (27) dan Singapura (23), dua negara yang persepakbolaannya lebih dulu berkembang.

Maju tidaknya persepakbolaan satu negara, berkaca dengan tren positif Vietnam, rupanya tidak bisa diukur dengan indikator kesejahteraan ekonomi dan banyaknya klub sepak bola. Secara ekonomi bisa dikatakan Indonesia lebih bagus daripada Vietnam. Buktinya apa? Sebenarnya Vietnam dipilih oleh Komite Olimpic Asia sebagai penyelenggara Asian Games XVIII Tahun 2018. 

Namun negara itu dalam perjalanan waktu mengukur diri bahwa dana yang dimiliki tidak cukup bahkan kurang untuk membangun fasilitas olahraga dan biaya operasional Asian Games. Akibatnya ia mengundurkan diri sebagai tuan rumah. Sebagai gantinya, Indonesia menyatakan siap menjadi tuan rumah. Kesiapan Indonesia menjadi tuan rumah pastinya dilandasi ada duit untuk menggelar acara itu.

Dari segi jumlah klub, Indonesia pastinya lebih banyak. Kita memiliki kabupetan/kota, kurang lebih ada 514 daerah. Masing-masing kabupaten/kota memiliki klub sepak bola. Jumlah klub akan bertambah bila 'klub swasta' seperti Arema ikut dihitung. Sebagai negara yang luasnya tidak selebar Indonesia, pastinya Vietnam tidak memiliki pemerintahan daerah (region) sebanyak Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline