Lihat ke Halaman Asli

Ardi Winangun

TERVERIFIKASI

seorang wiraswasta

Label Artis Membuat Prostitusi Menjadi Mahal

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Terdapat 200 daftar nama artis dan atau foto model yang bisa di-booking untuk melayani nafsu kaum laki-laki. Dua ratus nama tentu bukan jumlah yang sedikit sebab dari kalangan mereka, dibanding dengan jumlah penduduk Indonesia, mereka sangat minoritas. Bila kita bisa mengetahui siapa-siapa mereka tentu kita akan terpesona, dan andai kita disuruh memilih, bisa jadi tidak cukup satu. Sebab mereka selama ini adalah sosok yang identik dengan cantik, seksi, kulit putih, dan bentuk tubuh yang semampai.

Mungkin kita heran mengapa mereka yang selama ini mendapat pekerjaan yang glamour, menjadi artis dan foto model, di mana mereka saat melakukan pekerjaannya dibayar dengan upah yang tidak sedikit, kok mau melakukan pekerjaan yang hina.

Prostitusi merupakan kegiatan yang hina, tidak hanya di Indonesia namun di negara-negara yang bebas pun pekerjaan yang demikian juga dilecehkan oleh masyarakat. Di beberapa negara di mana prostitusi kegiatan yang legal namun pekerjaan itu tetap saja dijauhi masyarakat. Setiap wanita, di manapun bahkan di negara yang super bebas, akan marah bila disebut sundal, lonte, wanita jalang. Ini menunjukkan bahwa pekerjaan ini sangat rendah dan memalukan.

Dunia artis, di Indonesia menggeliat pesat ketika media massa, baik itu televisi, koran, dan jauh-jauh hari ada film, marak hadir di tengah masyarakat. Ketika banyak media massa berlomba dalam tayangan, membuat mereka berpacu untuk menyuguhkan sajian program acara yang menarik.

Banyaknya program acara itu, membuat terjadi penyerapan pemilik-pemilik talenta untuk menjadi pengisi program acara, baik sebagai presenter atau pemain di acara itu. Dari sinilah maka muncul banyak artis baru.

Bila kita disuruh menghitung artis di tahun 80-an yang masih hanya ada TVRI dan layar lebar, dengan era saat ini dengan banyak stasiun televisi dan puluhan produksi film, tentu era sekarang lebih sulit untuk menghitung jumlah artis yang ada. Setiap waktu, lahir artis baru baik karena talentanya atau karena secara kebetulan ulahnya menarik kita.

Dalam pelajaran ilmu hayat, biologi, yang mampu bertahan dalam evolusi adalah makhluk hidup yang bisa melakukan adaptasi atau menyesuaikan alam. Mereka yang bisa bertahan hidup adalah mereka yang bisa bertahan hidup dari berbagai masalah yang ada.

Teori yang demikian berlaku juga dalam dunia artis, dari sekian artis yang telah menghiasi dunia televisi dan layar lebar, tak semuanya mampu bertahan menjadi bintang. Mereka yang bisa beradaptasi adalah mereka yang dapat bertahan. Tak heran bila kita temui ada artis yang sekali muncul di layar lebar namun setelah itu pergi entah ke mana.

Teori dalam ilmu hayat ini sangat kejam, mereka menyeleksi tanpa pandang bulu tanpa memandang ia cantik, seksi, kulit kuning, dan tinggi semampai. Meski mereka memiliki tubuh yang demikian namun kalau tidak bisa beradaptasi dengan kebutuhan, mereka akan terseleksi.

Dari sinilah membuat mereka yang sudah terlanjur dicap artis oleh masyarakat namun tidak mampu bertahan dalam dunia itu, mencoba untuk mempertahankan diri dengan cara-cara yang lain. Sebutan sebagai artis akan tetap ia pertahankan, sebutan itulah yang membuat dirinya mempunyai harga.

Ketika tidak ada jobs, sementara dirinya memiliki tubuh yang mempunyai nilai yang tinggi, kemudian ada godaan dari laki-laki maka dari sinilah proses prostitusi artis terbuka. Sebagai artis atau foto model tentu mereka punya harga diri, mereka merasa memilik ‘kasta’ yang tinggi sehingga ketika ada proses tawar menawar soal layanan nafsu, mereka akan pasang harga yang tinggi. Mereka pasang harga yang tinggi sebab dalam hati mengatakan, “saya kan artis.”

Sebutan artis yang tersemat pada mereka itulah yang membuat masyarakat membenarkan atau mengiyakan kalau mereka pasang harga yang tinggi sehingga kalau mereka mempunyai uang, karena ingin ‘merasakan’ artis, mereka tak akan merasa kehilangan duit meski dengan membayar sampai Rp80 juta.

Padahal kalau kita cermati, para artis yang biasa terjun dalam prostitusi, mereka adalah artis-artis yang namanya tidak popular di masyarakat, yang sepi jobs, atau bahkan menganggur. Sebelum ada penangkapan artis yang berinisial AA, masyarakat banyak yang tidak tahu siapa AA, ia main di film apa, hanya segelintir orang yang tahu.

Jadi di sini ada semacam pengelabuan nama artis kepada para pengguna jasa prostitusi yang berlabel artis. Hanya karena pernah muncul di layar lebar dan atau televisi,  sekali, lalu mereka disebut artis. Di sinilah prostitusi menjadi mahal karena menggunakan label artis.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline