Lihat ke Halaman Asli

Ardiansyah Taher

TERVERIFIKASI

Sociolinguist

Menjadi Satpam Bank, Utamakan Pelayanan atau Keamanan?

Diperbarui: 22 Agustus 2016   10:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Tribunnews.com

Menjadi petugas keamanan tentu harus memiliki kualifikasi dan keahlian tambahan tertentu untuk menunjang pekerjaan dan tugas utamanya. Memiliki tubuh ideal ditambah sedikit keahlian bela diri atau mungkin keahlian menggunakan senjata api dibutuhkan karena pekerjaan ini sangat membutuhkan keahlian ekstra dan berisiko, terutama petugas keamanan yang ditugaskan di sebuah Bank; dimana rawan sekali peristiwa perampokan, pencurian, dan penipuan terkait dengan banyaknya jumlah uang. Pengamanannya tentu lebih ekstra, dan mereka punya dua tugas utama: menjaga keamanan dan juga melayani nasabah yang datang.

Namun semua asumsi itu terlihat berbeda ketika Saya sempat bekerja di sebuah perusahaan perbankan. Mohon Maaf sekali; mereka yang mendominasi justru kurus, pendek, berwajah ramah, sama sekali tidak terlihat berwibawa dan agak menyeramkan seperti satpam komplek yang kumisnya tebal. Bahkan usia mereka jauh lebih muda dari pada Saya, setara anak yang baru lulus SMA. Mereka seringkali memanggil saya dengan panggilan “Pak”. Mereka bekerja tanpa dipersenjatai apapun, hanya mengandalkan sebuah pentungan, itupun tidak semua terlengkapi. Hanya sang komandan regu yang dilengkapi senjata api dengan beberapa peluru di dalamnya.

Jika dihitung penghasilan perbulannya, justru lebih besar dari mereka yang masih baru meniti karir di Perusahaan perbankan tersebut. Lemburannya menembus separuh gaji karyawan Bank yang tak sampai setahun masa kerjanya. Gaya hidupnya pun cenderung mewah, punya ponsel mahal ternama, motor sporty lengkap dengan modifikasinya, dan sepatu jutaan rupiah. Meskipun tidak semuanya, inilah yang terlihat di depan mata sehari-harinya.

Harus diakui, tugas dan tanggung jawab mereka juga berat dan berisiko, bahkan bisa mempertaruhkan nyawa. Misalnya, jika suatu hari ada sebuah perampokan Bank terjadi yang dilakukan sekelompok perampok bersenjata lengkap yang menyatroni sebuah Kantor Cabang Sebuah Bank di tengah kota layaknya dalam adegan film layar lebar Spiderman.

Namun nampaknya hal ini sudah sangat asing sekali dilakukan para penjahat di negeri ini mengingat kejahatan penipuan lewat ATM lebih mudah dilakukan dan tidak berisiko bagi sang perampok bersama sindikatnya. Alhasil, jika dilihat secara seksama, pekerjaannya terlihat seperti itu-itu saja selain disiplin waktu dan disiplin berpakaian. 

Tugas utama mereka disana seolah terabaikan. Mereka lebih sering terlihat mengutamakan hal-hal yang bersifat “melayani” seperti membukakan pintu kepada nasabah dan pintu mobil kepada kepala cabangnya, menyebrangi kendaraan, dll. Bukankah mereka dilatih untuk menjaga keamanan?

Perusahaan penyalur petugas keamanan menjamur dimana-mana. Beberapa rekan pun tertarik menjalani profesi tersebut karena memang menjanjikan dari segi penghasilannya. Namun apakah mereka bisa lebih profesional mengingat menjadi petugas keamanan Bank tidak hanya menjaga uang yang disimpan di dalamnya?

Beberapa tidak menghiraukan. Beberapa tahun dijalani, dan Alhamdulillah tidak ada hal-hal yang buruk terjadi selama menjalani tugas. Mereka semua senang karena pekerjaannya tidak serumit pelatihannya. Satu yang diingat oleh mereka, petugas keamanan Bank saat ini menomor satukan pelayanan, bukan keamanan. Benarkah demikian?

No offense. Bukan bermaksud menghakimi, hanya menyampaikan hasil observasi.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline