Lihat ke Halaman Asli

Ardiansyah Taher

TERVERIFIKASI

Sociolinguist

Pamer Gelar Sebelum Wisuda, Pantaskah Dilakukan Seorang Mahasiswa?

Diperbarui: 4 Agustus 2016   22:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: kfk.kompas.com

Suara hati dari rekan-rekan yang berprofesi sebagai dosen mulai terdengar seiring naik daunnya “ritual” ini. Tren ini semakin menjalar ke semua Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta di Indonesia. Mereka berharap para mahasiswa lain tidak ikut-ikutan dan menjadikan ini sebagai kegiatan yang wajib dilakukan.

Semakin banyak foto-foto yang diunggah ke media sosial, menggambarkan momen sesaat setelah sidang skripsi atau tesis. Seorang mahasiswa yang baru saja keluar ruang sidang langsung disambut oleh rekan-rekan pendukung setianya lalu mengabadikan momen bersama dengan selempang bertuliskan nama dan gelar baru sarjananya, lengkap dengan boneka, bunga-bunga, dan balon-balon berbentuk huruf yang menunjukkan gelar akademik yang (segera) disandangnya. Bisnis selempang wisuda dan aksesoris perayaan lainnya lantas maju pesat bukan hanya pada masa akhir semester atau wisuda saja, namun bisa kapan saja saat jadwal sidang tiba.

Balon huruf dan selempang yang sekarang wajib ada sesaat setelah lulus sidang skripsi atau tesis (viraloveshare.blogspot.com & anakui.com)

Orang-orang kini gemar berbagi euforia apapun di sosial media, termasuk euforia ketika lulus dalam sidang skripsi atau tesis. Terkesan biasa saja dan sederhana, tapi ada bagian dari tren ini yang terlihat seperti “mendahului kodrat” dan “pamer gelar akademis” di media sosial. Ya, gelar yang belum secara resmi disandang sang mahasiswa sebelum wisuda. Mereka yang melakukannya pun seolah tidak tahu bahwa gelar yang ditunjukkannya belum sah sebelum adanya pelantikan di sidang Yudisium.

Beberapa mahasiswa menyadari bahwa hal yang dilakukan ini memang tidak benar, ada juga yang malakukan ini sekadar untuk senang-senang saja dan cuma ikut-ikutan teman yang lain ketika ditanya langsung oleh dosen.

Ada juga dosen yang berpendapat berbeda. Menurut mereka hal ini tidak masalah dan lumrah dilakukan sebagai bentuk ekspresi keberhasilan setelah kerja kelas yang dilalui selama kuliah. Selama tidak berlebihan, boleh-boleh saja. Yang terpenting, tren atau fenomena ini jangan sampai menjadi sindrom psikologi, dimana pendidikan kehilangan esensinya saat gelar akademis justru dijadikan penghias status sosial saja.

Kelulusan Itu Bisa Dibatalkan

Pernah mendengar gelar seorang atlet yang dicabut karena doping? Tahukah Anda bahwa kelulusan seseorang juga bisa dicabut begitu saja oleh pihak Universitas karena suatu hal, seperti kasus plagiarisme serta pelanggaran kode etik mahasiswa lainnya. Meskipun kecil kemungkinan dan jarang terjadi, tapi hal ini justru kerap diabaikan para mahasiswa.

Mahasiswa yang baru saja selesai ataupun dinyatakan lulus sidang skripsi/tesis pun masih harus menyelesaikan beberapa hal, diantaranya bimbingan lanjutan bersama dosen pembimbing untuk proses revisi karya ilmiah, menyelesaikan administrasi kampus, urusan perpustakaan & berkas-berkas lain, dan sebagainya. Kemungkinan masih bisa terjadi dibalik euforia kelulusan seorang mahasiswa yang belum resmi diwisuda.

Hanya Tren di Indonesia

Mungkin kebiasaan ini hanya ada di Indonesia dan dilakukan orang Indonesia. Bisa dibandingkan dengan kebiasaan merayakan kelulusan di luar negeri atau negara tetangga sebelah. Meskipun sekilas terlihat sama seperti budaya merayakan kelulusan disini, mereka tidak menunjukkan gelar yang didapatnya sebelum Ijazah ada ditangannya saat wisuda. 

Maudy Ayunda merayakan kelulusannya di Oxford (Instagram.com/maudyayunda)

Gita Gutawa berfoto saat acara wisudanya di London (Instagram.com/gitagut)

Rayakan Sebuah Kelulusan secara Wajar
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline