Di pinggir jalan sekitar Ibu Kota Jakarta seringkali kita menjumpai ondel-ondel yang melenggang bersama pengiring musiknya. Yah, wajar saja, namanya juga melestarikan budaya Jakarta. Warga sekitar pun senang-senang saja menyambut rombongan ondel-ondel yang melintas di jalanan.
Tapi, yang menjadi masalah adalah perilaku pasukan ondel-ondel yang cukup mengganggu lalu lintas. Bayangkan saja, mereka yang didominasi para remaja dan tak jarang melibatkan anak-anak, tanpa ragu menodongkan wadah untuk diisi uang hingga ke tengah jalan. Selain membuat suasana jalan menjadi macet, ini juga bisa membahayakan mereka dan pengendara lainnya. Ditambah lagi cara mereka meminta uang yang sekilas agak memaksa.
Padahal sudah jelas, Gubernur DKI Jakarta melarang ondel-ondel digunakan sebagai alat mengamen di jalan. Mungkin Satpol PP akan mengusir mereka jika mengamen di siang hari, namun tidak di malam hari. Nampaknya rombongan ondel-ondel seolah menjamur dan semakin banyak di beberapa sudut Kota saat matahari tenggelam, bahkan sampai ke luar Kota. Ondel-ondel juga bisa dijumpai di Kota Depok yang notabene tidak identik dengan budaya ini.
Entahlah, ondel-ondel yang sejatinya merupakan icon budaya Betawi seharusnya memiliki tempat istimewa untuk unjuk gigi, seperti acara sakral pernikahan, festival budaya/pergelaran seni, atau upacara-upacara adat khas Betawi lainnya.
Demi menjaga dan melestarikan budaya, sebaiknya dilakukan dengan cara yang lebih elegan, jangan sampai ondel-ondel menjadi musuh yang meresahkan di lingkungan sendiri. Tokoh-tokoh kebudayaan Betawi pun tidak bersimpati kepada mereka yang menggunakan ondel-ondel sebagai media mengamen di jalanan. Peraturan Daerah terkait ketertiban umum harus lebih ditegakkan dalam menyikapi hal ini.
Yah, meskipun yang ini juga meresahkan, boneka lucu (namun kadang menyeramkan) yang suka joget di pinggir jalan yang satu ini setidaknya lebih menghibur di tengah kemacetan dan tidak mengganggu pengendara jalan dibanding ondel-ondel, hehehehe.
Pak Ahok, ondel-ondelnya bandel nih kelayaban malem-malem!
Referensi tambahan: kompas.com, merdeka.com, dan Harian terbit
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H