Lihat ke Halaman Asli

Ardi Ramadan

frelance

Menjaga Integritas dan Kehormatan Densus 88

Diperbarui: 31 Mei 2024   13:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Menjaga Integritas dan Kehormatan: Mendekati Permasalahan Densus 88 dengan Bijak


Senior Densus 88/AT, Jenderal Ansyaad Mbai Bersuara Dalam ILC
 

Isu yang muncul seputar Densus 88, lembaga yang telah menjadi tonggak penting dalam pemberantasan terorisme di Indonesia, menyoroti kompleksitas yang ada di balik upaya penegakan hukum dan keamanan nasional. Permasalahan ini tidak hanya berkaitan dengan tindakan individu, tetapi juga mencerminkan dinamika internal dalam struktur kepolisian dan kebijakan nasional.

Tokoh-tokoh senior Densus 88 secara jelas menyuarakan kekhawatiran mereka terhadap situasi yang berkembang, bukan hanya karena tindakan kelompok yang beroperasi di luar kendali, tetapi juga karena potensi kerugian besar bagi reputasi lembaga ini. Densus 88 telah menjadi panutan dalam kontra-terorisme, diakui secara internasional atas dedikasi dan keberhasilannya dalam mengungkap kasus-kasus terorisme dengan pendekatan yang profesional dan hukum.

Namun, keberhasilan ini dirongrong oleh ketegangan antara lembaga penegak hukum, terutama antara Kejaksaan Agung dan Mabes Polri, yang mencerminkan perbedaan orientasi dan prioritas. Dalam situasi ini, orientasi politik dan kepentingan bisnis juga menjadi faktor yang memengaruhi dinamika internal dan eksternal Densus 88.

Perlu diingat bahwa anggota Densus 88 adalah pahlawan yang berjuang untuk keamanan negara, dan sering kali menjadi korban dari konflik internal dan kebijakan yang tidak konsisten. Perlakuan yang tidak adil terhadap mereka dapat merusak motivasi dan integritas mereka dalam menjalankan tugas berat ini.

Pendekatan yang bijak dalam menangani permasalahan ini membutuhkan pemahaman yang mendalam tentang akar permasalahan dan koordinasi yang baik antara lembaga-lembaga terkait. Pengungkapan kasus-kasus penyalahgunaan kekuasaan dan pelanggaran hukum haruslah menjadi prioritas, tanpa mengabaikan kesejahteraan dan kehormatan anggota Densus 88.

Selain itu, penting untuk tidak menyalahkan secara sembarangan, tetapi berpegang pada fakta objektif dan menghindari pemburuan penyelidikan yang tidak berdasar. Media sosial dapat menjadi alat untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang situasi ini, tetapi juga harus digunakan dengan bijak untuk menghindari penyebaran informasi yang tidak benar atau merugikan.

Dengan demikian, melalui pendekatan yang holistik dan komprehensif, kita dapat menjaga integritas dan kehormatan Densus 88, sambil memastikan bahwa lembaga ini tetap menjadi garda terdepan dalam upaya pemberantasan terorisme di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline