Indonesia, begitulah nama negeri ini yang terbentang dari Sabang sampai Merowke. Penduduknya terdiri dari berbagai macam suku bangsa yang disatukan dengan sebuah semangat "Bhinneka Tunggal Ika" yakni berbeda-beda tetapi tetap satu, satu bangsa, satu bahasa, dan satu tanah air. Negeri ini telah merdeka sejak 69 tahun yang lalu. Para pendiri negeri yang bernama Indonesia telah menghabiskan waktunya untuk beragumentasi dengan berbagai gagasan tentang Indonesia. Tekanan kolonialisme telah menyatukan mereka yang berlatar belakang dari berbagai suku yang mendiami nusantara ini untuk membangun sebuah kesadaran terbebas dari belenggu penjajahan dengan satu tujuan yang sama yakni merdeka.
Hari ini negeri yang sudah susah payah dibangun oleh para pendiri tersebut di hadapkan kedalam situasi yang sangat memprihatikan. Demokrasi yang disepakati setelah Orde Baru tumbang mengantarkan seakan-akan negeri ini sangat liberal. Tentu saja hal ini sangat bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut dan diwariskan oleh nenek moyang bangsa ini. Nilai-nilai itulah yang akhirnya di sepakati dengan nama Pancasila. Semangat demokrasi yang dimunculkan saat ini tidaklah lagi menjadikan pemerintahan yang terpilih dengan mekanisme yang disepakati dari mandat yang diberikan oleh rakyat telah berubah menjadi penguasa baru.
Semangat kebebasan yang muncul telah menjadikan rakyatnya bebasa untuk mencaci maki, pemimpinnya bebas berbuat sekehendak hati. Rakyat disuguhkan dengan berbagai aksi ketidak adilan sementara mereka yang berkuasa saling berebut pengaruh untuk dominan dalam lingkaran kekuasaan. Untuk mengalihkan perhatian rakyat terhadap kepemimpinan saat ini betapa luar biasanya pembodohan yang dilakukan terhadap rakyat di negeri ini yang tentu saja akan berdampak luas terhadap ketentraman.Pers dan media yang dikuasai oleh pemodal kuat, kaum kapitalisme telah menyuguhkan tontonan tontonan yang meracuni dengan berbagai pemberitaan yang simpang siur membuat masyarakat jadi bingung. Media online menjadi sarana untuk melakukan propaganda dan agitasi.
Kondisi negeri yang makmur ini dengan segudang sumber daya alamnya belumlah mampu mengantarkan rakyatnya hidup dalam kesejahteraan. Ketimpangan yang terjadi antara mereka yang kaya dan miskin, perbedaan infrastruktur yang menyolok antara kota dengan desa, kelompok-kelompok yang termarginalkan akan memicu gejolak-gejolak yang akhirnya akan berujung terhadap ke kisruhan. Sejak dari Orde Baru sampai saat ini pihak penguasa telah menjadikan Islam sebagai objek pengalihan isu. Isu yang terbaru itu adalah ancamam serius yang akan ditimbulkan oleh ISIS.
Memojokkan ummat Islam bukanlah langkah yang bijak. Pemblokiran situs-situs Islam akan membangkitakan ghirah Islamiyah yang semakin kuat dikalangan para pemuda muslim. Perlawanan secara silent akan terus berjalan. Dominannya pengaruh etnis tertentu atau golongan agama lain yang dilihat oleh ummat Islam akan memicu kesadaran untuk bangkit dan bergerak. Tontonan yang memuakkan yang dilihat dari ummat Islam terhadap tingkah etnis tionghoa yang telah diberikan kesempatan untuk membangun negeri ini dengan selalu berkata kata kasar, sombong dan seakan-akan makhluk yang terlahir ke dunia dengan segala kesucian yang di bawanya membangkitkan kesadaran dikalangan ummat Islam untuk berhenti dijadikan objek dalam permainan ini.
Jika Presiden Jokowi yang mendapatkan mandat dari sebahagian besar ummat Muslim ini untuk memimpin mereka dalam kapal besar bernama Indonesia ini membiarkan kondisi ini terus berlansung, kemuak an akibat ketidak adilan, penujukkan super power atas kekuasaan yang dimiliki oleh mereka yang bersenjata, kisruh politik yang memuakkan akan mengantarkan negeri ini kepada kehancuran...........
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H