Lihat ke Halaman Asli

Christophorus Ardi Nugraha

Teknolog Pendidikan

Modernisasi Pengelolaan Sekolah

Diperbarui: 20 April 2023   13:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Flickr - Asian Development Bank

Pandemi kemarin, membuat kita melakukan banyak sekali lompatan digital. Terjadi perubahan hampir semua aspek dalam kehidupan kita, tak terkecuali pendidikan. Di tahun 2022 saja, sudah ada lebih dari 7000 bantuan TIK Kemdikbud telah diterima. Jumlah ini masih belum termasuk sekolah-sekolah yang secara mandiri melakukan belanja teknologi.

Tahun lalu saya melakukan sebuah riset kecil mengenai penggunaan teknologi selama pembelajaran hybrid Juli 2021 - Juli 2022. Hasilnya cukup menarik. Salah satunya adalah teknologi ternyata lebih banyak dimanfaatkan untuk membuat media pembelajaran dan untuk strategi mengajar dan belajar. Hanya ada sedikit persentase pemanfaatan teknologi untuk menciptakan lingkungan belajar atau bahkan untuk pengelolaan sekolah.

Apa artinya? Artinya, bisa jadi pembelajaran di kelas sudah menjadi lebih modern dengan berbagai media pembelajaran. Tetapi, lingkungan belajar dan pengelolaan serta administrasi sekolah masih berjalan secara tradisional.

Ada dampaknya? Untuk sekolah yang memang masih terletak di wilayah yang masih minim sarana penunjang, perbedaan ini tidak akan jauh berarti. Tetapi untuk sekolah yang berada di wilayah yang sarana penunjangnya sudah mencukupi, dan harus mengelola ratusan hingga ribuan siswa, kesenjangan ini akan sangat berdampak.

Bagaimana tidak? Misalnya, guru dan murid sudah belajar dengan media pembelajaran digital. Tetapi proses administrasi masih harus ditulis tangan, laporan pembelajaran tulis tangan, laporan keuangan masih tulis tangan, dan seterusnya. Meskipun ini tidak akan menghambat proses belajar, tetapi beban kerja guru dan tenaga kependidikan akan tetap tinggi. Guru dan tenaga kependidikan jadi tidak bisa ikut menikmati kemudahan yang diperoleh dari pemanfaatan teknologi dalam hal administrasi.

Lalu sebaiknya bagaimana?

Sebaiknya, para pemimpin sekolah juga mulai merencanakan modernisasi dalam hal pengelolaan sekolah. Misalnya, selama ini peminjaman ruang dan barang dilakukan masih secara manual, dengan menulis di buku atau papan peminjaman. Dengan cara ini tak jarang terjadi double booking, dua orang berbeda memesan ruang yang sama di jam yang sama. Cara ini bisa dihindari dengan memindahkan peminjaman melalui Google Calendar, misalnya.

Contoh lain, misalnya peminjaman buku di perpustakaan. Selama ini peminjaman buku masih harus menulis di buku peminjaman dan di kartu peminjaman. Cara ini bisa dipersingkat dengan penggunaan SLiMS.

Contoh lain lagi, misalnya pengelolaan nilai dan administrasi pembelajaran. Selama ini guru masih harus secara manual menghitung nilai dan mencetak perangkat mengajar. Proses ini bisa dipersingkat dengan memusatkan pengelolaan nilai di learning management system (LMS) dan mengumpulkan perangkat secara digital.

Tentunya cara-cara di atas membutuhkan aturan dan kebijakan baru. Karena itu, pemimpin sekolah juga perlu membarui kebijakan-kebijakan yang selama ini berlaku agar lebih sesuai dengan kebutuhan dan keadaan yang sebabtiasa berubah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline