Lihat ke Halaman Asli

Christophorus Ardi Nugraha

Teknolog Pendidikan

Membangun Pendidikan yang Memanusiakan: Pandangan Mengenai Pendidikan Menurut Driyarkara

Diperbarui: 4 April 2017   17:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

141722312860034486

[caption id="attachment_379040" align="aligncenter" width="385" caption="http://becuo.com/listen-to-teacher-clip-art"][/caption]

Tak dapat dipungkiri bahwa pendidikan adalah pilar pembangunan bangsa. Dengan pilar pendidikan yang kuat, bangunan cita-cita suatu bangsa dapat berdiri kokoh.

Indonesia pun demikian. Melalui pendidikan lahirlah bapak-bapak pendiri bangsa seperti Bung Karno dan Bung Hatta yang mampu memimpin pergerakan rakyat Indonesia menuju cita-cita kemerdekaan Indonesia. Dan melalui pendidikan pula akan lahir generasi penerus bangsa yang akan membawa Indonesia mencapai tujuannya, yaitu : melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Hakikat Pendidikan

Kata pendidikan memiliki makna yang sangat luas. Pekerjaan "mendidik" tidak merujuk pada aktivitas tertentu seperti saat kita menyebut kata "mandi" atau "minum". Lalu apakah makna pendidikan itu?

Menurut Driyarkara, apa yang kita sebut pendidikan (mendidik dan dididik) bukanlah suatu perbuatan tertentu, melainkan kompleks dari banyak perbuatan-perbuatan yang sebagai keseluruhan dijuruskan ke arah tertentu yaitu memanusiakan manusia.

Memanusiakan manusia? Istilah yang aneh. Tetapi apabila kita perhatikan dengan seksama, istilah tersebut memang benar. Sapi dapat hidup sebagai sapi tanpa harus di-sapi-kan, cukup diberi makan dan minum saja. Berbeda dengan manusia, untuk hidup sebagai manusia, seseorang harus di-manusia-kan.

Manusia Sempurna

Tujuan pendidikan adalah memanusiakan manusia. Lalu bagaimana hidup sebagai manusia itu?

Hidup sebagai manusia berarti hidup sesuai hukum moral atau kesusilaan, Hukum moral adalah khusus hukum manusia. Selama dia tidak baik dalam arti susila, dia belumlah baik sebagai manusia.

Perlu kita seinggung sedikit mengenai pengertian moral atau susila. Susila berarti baik, dan yang dimaksud dengan baik bukanlah sembarang kebaikan, melainkan kebaikanmanusia sebagai persona atau kebaikan dari perbuatannya menurut tuntutan kodrat manusia, yaitu merdeka tanpa diperbudak oleh kecenderungan kejasmanian dan dorongan-dorongan rendah lainnya. Manusia sebagai persona tidak sempurna, tetapi ia dapat dan harus menjadi sempurna.

Gambaran Pendidikkan Ideal

Supaya dapat mencapai tujuaanya, pendidikan dalam arti luas harus merangkul tiga aspek, yaitu : pendidikan nilai, pendidikan karakter, dan pendidikan kompetensi.

Pendidikan nilai merupakan proses yang utama dalam pendidikan karena nilai-nilai itulah yang mendasari pebuatan-perbuatan manusia. Manusia itu dalam perbuatannya tidak bisa tidak mengejar dan melaksanakan nilai.

Ada dua nilai yang paling fundamental untuk manusia, yaitu nilai moral dan nilai keagamaan. Kedua nilai tersebut adalah nilai kesempurnaan, maka harus diperjuangkan. Nilai-nilai yang lain hanya sebagai sarana dan tidak perlu dikejar.

Mengenai nilai moral, Driyarkara mengatakan:

Untuk berkembang secara manusiawi, manusia harus melakukan hukum-hukum yang melekat pada dirinya sebagai manusia. Huku-hukum ini kita sebut hukum moral. Bisa juga disebut hukum kesusilaan asalkan kata "susila" jangan hanya diartikan tata sopan. Menurut hukum moral itu, manusia harus melaksanakan kewajiban, harus cinta sejati kepada sesama, harus menghormati keluhuran martabat manusia dengan tidak mengobjekkan, denga tidak menghisap, dan lain sebagainya.

Sedangkan mengenai nilai keagamaan, Driyarkara mengatakan:

Nlai moral tidak bisa dipisahkan dari nilai religius atau keagamaan. Untuk mengatakan dengan cara yang kita kenal, dapat dikatakan bahwa orang tidak bisa melaksanakan empat sila dari Pancasila tanpa melaksanakan sila yang pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.(...) Bersikap adil terhadap sesama, berkasih sayang, menjunjung tiggi manusia, kesemuanya ini tidak mungkin kalau tidak berdasarkan pengakuan Tuhan Yang Maha Esa.

Mengenai pendidikan karakter, perlu sedikit kita ketahui mengenai pengertian karakter.

Menurut Driyarkara, karakter dapat disamakan dengan budi pekerti. Orang yang disebut mempunyai budi pekerti berarti mempunyai kebiasaan mengalahkan dorongan-dorongan yang tidak baik. Karena itu, pendidikan karakter tak dapat dilepaskan dari pendidikan nilai. Nilai-nilai yang ditanamkan harus dipraktekkan terus-menerus sehingga membentuk karakter.

Pendidikan kompetensi merupakan tuntutan jaman. Tanpa generasi muda yang kompeten, pembangunan tidak akan berjalanlancar dan suatu bangsa akan mudah terjajah dalam berbagaidimensi, baik sosial, politik, ekonomi, maupun budaya. Namun, pendidikan kompetensi harus disertai dengan pendidikan nilai dan karakter agar kepribadian seseorang semakin penuh.

Selain harus merangkul tiga aspek pendidikan, kerjasama dan peran aktif dari orang tua, negara (pemerintah), dan masyarakat dalam pendidikan sangat diperlukan supaya pribadi yang dididik dapat tumbuh menjadi pribadi yang integral.

A. Sudiarja dkk. 2006. Karya Lengkap Driyarkara : Esai-esai Filsafat Pemikir yang Terlibat Penuh dalam Perjuangan Bangsanya. (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama) hlm.326

Ibid. hlm. 538

Ibid. hlm. 541

Ibid. hlm. 511

Ibid. hlm. 163

Ibid. hlm. 403

Ibid. hlm. 405

Ibid. hlm. 405

Ibid. hlm. 490

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline