Di persimpangan jalan, di bawah kelamnya jubah malam,
Aku termenung, terpaku dalam bisu yang kelam.
Mempertanyakan arti, di balik nafas yang tersingkap bagai embun pagi,
Mengapa aku hidup? Di dunia yang penuh duka nan kelam bagai malam tanpa rembulan.
Apakah aku hanya debu yang tertiup angin badai,
Berputar tanpa arah, tanpa tujuan yang pasti bagai biduk tanpa nahkoda?
Ataukah aku api yang berkobar di dalam jiwa yang sunyi,
Membawa semangat, menerangi dunia yang fana bagai lilin di tengah badai?
Aku hidup, untuk merasakan hangatnya mentari pagi,
Menyapa bumi dengan kehangatan yang abadi bagai kasih ibu yang tak terganti.