Hujan bergemuruh ketika aku bertemu denganmu
Seketika diriku sadar bahwa engkau adalah satu-satunya bagiku
Perihal cinta
Aku tidak bisa menjamin ketulusan ku padamu
Hanya sebatas pesona yang memberiku aroma dari nikmatnya kehidupan
Dirimu terlepas dihadapan ke naifan ku
Seketika aku menjadi batu untuk segala kepatuhan ku
Kusadari bahwa aku hanyalah pecahan dari anganmu
Selayaknya ombak yang memberi bekas di sekitar pasir
Sungguh salah dirimu melihatku ..
Karena aku layaknya angin yang memberikan kesejukan tanpa engkau sadari
Sesaat demi sesaat pesona mu melebihi keinginanku
Dihadapkan oleh hasrat nafsu dan kepuasan imaji
Namun apa daya..
Tak kurang diriku kurang memperhatikanmu
Tak lekang waktu aku berdoa untuk mendapatkan mu
Tanpa kusadari engkau memilih dirinya
Yang mungkin jauh lebih peduli dan selalu memperhatikan dirimu
Aku berharap semoga kamu dan dirinya berbahagia
Karena hanya itu yang bisa kuharapkan dihadapan sifat kekanak-kanakan ku
Semoga kamu bisa lebih tulus mencinta dirimu dan kehadirannya
Terimakasih untuk segala ketenangan yang kau berikan kepada ku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H