Lihat ke Halaman Asli

Ardi Winata Tobing

TERVERIFIKASI

Menulis untuk mengingat.

Pilpres: Cak Lontong dan Komeng pun Bertarung. Siapa Pemenangnya?

Diperbarui: 18 Juni 2015   07:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14046672441441501008

Lies Hartono dan Alfiansyah.

Mungkin tak banyak yang tahu jika kedua nama itu tak lain milik duo komedian top nasional; Cak Lontong dan Komeng.

Formasi duet maut pelawak ini terbentuk sejak kemunculan tayangan comedy show “Indonesia Lawak Klub”, sebuah acara dengan format diskusi yang menghadirkan para “pakar lintas bidang” yang tentunya menjadi parodi dari program diskusi “Indonesia Lawyers Club” panduan Karnie Ilyas.

Harus diakui, kedua komedian senior ini sudah menjadi key players dalam acara yang rutin ditayangkan di TRANS7 tersebut.  Akan ada yang hilang jika salah satunya absen tak tampil, bahkan acara itu seakan kehilangan “marwahnya” jika keduanya berhalangan hadir.

Namun, walau dianggap mampu saling melengkapi, banyak hal yang membedakan keduanya. Sebut saja mulai dari gaya lawakan, bentuk fisik masing-masing, hingga yang terbaru, mereka tak satu suara dalam pilihan calon presiden 9 Juli nanti.

Cak Lontong yang dikenal sebagai komedian “sok” intelek yang mahir mengocok perut lewat permainan silogisme dalam berbagai “hasil survei”nya resmi mendeklarasikan dukungannya pada calon presiden nomor urut dua, Joko Widodo.

“Sebagai pemimpin, dia luar biasa. Bekerja sederhana, memberi contoh. Itu modal luar biasa untuk seorang pemimpin. Hanya pemimpin yang bisa beri contoh yang bisa memimpin Indonesia dengan nyata. Tidak hanya bicara," ujar Cak Lontong mengenai alasannya jatuh hati pada mantan walikota Surakarta.

Komedian yang terkenal dengan jargon “salam lemper”nya ini menambahkan jika revolusi mental a la Jokowi akan mampu menciptakan bangsa yang mau bekerja, jujur, dan apa adanya.

Bukan sekadar menyampaikan dukungan lewat pernyataan, alumni teknik Elektro ITS tersebut juga  secara langsung ikut serta dalam rangkaian kegiatan kampanye yang dilakukan oleh Jokowi-JK.

“Melelahkan. Mesti “mikir” seratus kali kalau mau ikut Pak Jokowi blusukan. Tapi saya puas, karena inilah pemimpin yang dicari rakyat. Pemimpin yang mau bekerja.”

Lain dengan Cak Lontong, Komeng memilih menyerahkan suaranya untuk mendukung pasangan nomor urut satu, Prabowo Subianto - Hatta Rajasa.

“Kecap aja nomor satu, presiden juga harus gitu dong,” kelakar Komeng saat ditanya alasannya memilih Prabowo-Hatta.

“Saya cari visi-misinya, akhirnya tergerak untuk mendukung Prabowo-Hatta.”

Komeng menyebut, dukungannya adalah inisiatif pribadi dan tindakan total yang bukan tanpa risiko. “Saya juga memimpin organisasi, tapi ini pilihan pribadi. Bagi sahabat dan penggemar, silahkan jika ingin mengikuti. Saya juga sadar jika dukungan terbuka seperti ini bisa saja dijadikan alasan pihak stasiun teve tertentu untuk ‘memblokir’ saya,” ucapnya, “namun kapan lagi mendukung capres ini kalau tidak betul-betul saya tunjukkan?”

Berbeda halnya dengan Cak Lontong yang  terkesan lebih santai dengan putusannya, Komeng seperti sadar dukungannya itu bisa saja memicu pro-kontra publik. “Saya tak khawatir jika di-bully. Lagi pula saya tidak punya akun twitter atau Facebook,” pungkasnya.

Seperti juga Cak Lontong, komedian kelahiran September 1970 ini pun ikut terlibat dalam kegiatan sosialisasi calon presiden yang dijagokannya. Beberapa kali ia terlihat terjun langsung ke lapangan untuk mengenalkan sosok Prabowo Subianto pada calon pemilih, tentunya tetap dengan menyelipkan humor yang mampu menggelakkan tawa simpatisan. “Saya berharap Pak Prabowo rujuk dengan Bu Titiek. Saya siap jadi anak angkatnya,” celetuk Komeng yang langsung dibalas tawa pendukung.

Namun, jika dibandingkan dengan sikap Cak Lontong yang cenderung mengapresiasi sosok pilihannya saja tanpa aksi ‘sentilan-sentilun’, dukungan Komeng lebih bersifat “agresif”. Tak hanya mendasarkan dukungan pada keunggulan sang calon, namun ia juga punya kritik terhadap sang lawan. Terbukti dari pengakuannya yang sempat ingin menitipkan satu pertanyaan agar disampaikan pada pagelaran debat calon presiden beberapa waktu yang lalu. “Saya ingin Pak Prabowo menanyakan soal komentar Pak Jusuf Kalla yang menyebut “bisa hancur negara ini jika Jokowi jadi presiden”. Saya sempat titipkan pertanyaan itu ke Pak Prabowo secara langsung,” akunya.

Pemilihan presiden 9 Juli nanti seperti telah berhasil membelah Indonesia menjadi dua kubu yang saling berlawanan. Seluruh sektor dan bidang seakan berlomba nyatakan pilihan. Termasuk juga tak ketinggalan para pelaku aktif industri hiburan. Bahkan sampai ada yang berkomentar, “tak pernah seniman Indonesia terlibat setotal ini dalam kegiatan demokrasi di Indonesia.”

Dunia perlawakan Indonesia selama ini cenderung lebih memosisikan diri sebagai satiris bagi kegiatan perpolitikan Indonesia. Pelawak sering terlihat berperan sebagai penyentil aktifitas tak pantas para politikus, agar mampu bebas ditertawakan oleh rakyat, yang memang sangat butuh obat pelipur lara, karena merekalah pihak yang paling tersakiti tingkah polah pelaku politik negeri ini yang memang tak lucu.

Namun sifat apatisme terhadap politik yang melekat pada profesi yang mereka geluti ternyata tak menggerus sisi personal seorang pelawak yang juga termasuk bagian dari rakyat—yang mau tak mau—nasibnya tergantung pada hasil akhir pesta demokrasi yang akan dihelat nanti.

“Perseteruan” antara Cak Lontong versus Komeng di atas jadi bukti, pola sarkasme terhadap politik mulai disingkarkan oleh beberapa komedian. Sepertinya, keterlibatan langsung lebih bermakna dibanding sekadar sumbangkan kritik dan cacian.

Lalu siapa yang unggul di antara "pertarungan" Cak Lontong dan Komeng?.

Salah satu thread di situs forum komunitas terbesar Indonesia, Kaskus.com, pernah membuat sebuah polling yang ingin membandingkan tingkat “elektabilitas” di antara Cak Lontong dan Komeng.

Hasilnyanya?

Sampai hari ini, Cak Lontong berhasil unggul tipis dari Komeng dengan presentasi 56% suara berbanding 44%.

273 “kaskusers” ternyata lebih menyenangi sosok Cak Lontong, melampaui 215 suara lain yang lebih memilih Komeng.

Tentu hasil tersebut tidak bisa dijadikan representasi terhadap tingkat keterpilihan capres yang didukung, karena semuanya bakal diputuskan oleh pilihan kita di balik bilik suara nanti.

Selamat memilih. Salam lemper, uhuyy..!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline