Penggunaan toilet sekolah seharusnya menjadi hal yang mudah dan otomatis bagi peserta didik. Namun kenyataannya, banyak kebiasaan kecil yang terlihat sederhana tetapi sulit diterapkan secara konsisten. Kebiasaan ini seringkali diabaikan oleh siswa, entah karena kurangnya pemahaman, kebiasaan di rumah yang berbeda, atau sekadar kelalaian. Padahal, kebiasaan baik dalam penggunaan toilet berperan penting untuk menjaga kebersihan, kesehatan, dan kenyamanan bersama. Yuk, simak lima kebiasaan sepele yang ternyata sulit diterapkan di toilet sekolah berikut ini!
1. Menyiram Toilet Setelah Digunakan
Kebiasaan ini terdengar sangat mendasar, tetapi faktanya, banyak siswa yang sering lupa atau bahkan sengaja tidak menyiram toilet setelah menggunakannya. Menurut survei dari Dinas Kesehatan di beberapa sekolah dasar dan menengah di Indonesia, sekitar 30% siswa tidak menyiram toilet setelah buang air. Penyebabnya bervariasi, mulai dari malas, buru-buru, atau ketidaktahuan cara menyiram toilet dengan benar.
Akibatnya, toilet sekolah menjadi bau dan tidak nyaman digunakan. Tidak menyiram toilet juga meningkatkan risiko penyebaran penyakit seperti infeksi saluran kemih dan diare akibat bakteri yang berkembang biak di lingkungan kotor. Guru dan pihak sekolah perlu menekankan pentingnya menyiram toilet melalui sosialisasi atau poster yang menarik perhatian siswa. Sebagai alternatif, sistem "toilet pengawas" atau "toilet champion" dapat diterapkan, di mana siswa bergiliran bertanggung jawab untuk memastikan toilet tetap bersih.
2. Menggunakan Air Secukupnya
Meskipun Indonesia kaya akan sumber air, namun di beberapa daerah, suplai air untuk sekolah seringkali terbatas. Banyak siswa yang cenderung menyia-nyiakan air ketika menggunakan toilet. Mereka terkadang membiarkan keran menyala terus-menerus saat mencuci tangan atau membilas.
Menurut data dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 50% toilet sekolah mengalami kekurangan air terutama di musim kemarau. Kebiasaan boros air bisa memperparah masalah ini. Oleh karena itu, siswa perlu diajarkan untuk menggunakan air secukupnya. Program edukasi air hemat bisa diterapkan melalui permainan edukatif atau video pendek agar lebih mudah dipahami anak-anak.
3. Membuang Sampah pada Tempatnya
Membuang sampah sembarangan di toilet adalah kebiasaan buruk lainnya yang sulit diubah. Banyak siswa yang membuang tisu, pembalut, atau sampah lainnya ke dalam kloset. Hal ini dapat menyebabkan toilet mampet dan mengganggu fungsi sanitasi secara keseluruhan.
Studi dari Yayasan Kesehatan Indonesia menyebutkan bahwa sekitar 40% toilet sekolah mengalami penyumbatan setidaknya sekali dalam sebulan akibat kebiasaan ini. Siswa perlu memahami bahwa kloset hanya untuk buang air, bukan tempat sampah. Solusi yang bisa diterapkan adalah menyediakan tempat sampah yang mudah dijangkau dan memberi label atau instruksi visual yang jelas agar siswa lebih sadar untuk membuang sampah pada tempatnya.