Lihat ke Halaman Asli

Ardi Bagus Prasetyo

TERVERIFIKASI

Praktisi Pendidikan

Problematika Buku Teks dan Masih Kakunya Proses Pembelajaran di Ruang Kelas

Diperbarui: 1 November 2024   18:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(https://www.smadwiwarna.sch.id/kurikulum-nasional-dan-internasional)

Di era yang terus berkembang ini, metode pembelajaran yang efektif dan sesuai kebutuhan peserta didik semakin menjadi perhatian utama. Namun, tantangan dalam mencapai fleksibilitas dan relevansi masih kuat terasa, terutama dalam hal penggunaan buku teks dan proses pembelajaran di ruang kelas. Buku teks yang telah menjadi sumber utama dalam pendidikan konvensional menghadapi kritik karena kurang mampu memenuhi kebutuhan pembelajaran yang dinamis dan beragam. Selain itu, metode pembelajaran yang statis juga kerap dianggap tidak responsif terhadap kebutuhan belajar siswa saat ini. Artikel ini akan mengulas secara mendalam problematika ini, lengkap dengan teori dan data pendukung, serta implikasi bagi pendidikan modern.

1. Buku Teks sebagai Sumber Pengetahuan: Keuntungan dan Kekurangan

Buku teks sering kali menjadi rujukan utama dalam kurikulum pendidikan, bahkan disebut sebagai "peta" pengetahuan yang diandalkan untuk mendukung proses belajar mengajar. Menurut Brown (2014), buku teks memberikan struktur yang jelas dalam pembelajaran, membantu siswa memahami materi melalui informasi yang tertata dan berurutan. Selain itu, buku teks memberikan kerangka kerja bagi guru dalam menyusun dan mengarahkan kegiatan pembelajaran.

Namun, di balik manfaat tersebut, buku teks juga memiliki kelemahan yang signifikan. Salah satunya adalah masalah kelambanan dalam mengadopsi perubahan. Contohnya, sebuah buku teks bisa saja sudah kedaluwarsa secara konten ketika diterbitkan, terutama dalam mata pelajaran yang berkaitan dengan teknologi atau perkembangan ilmu pengetahuan yang cepat. Sebuah studi oleh Sani (2020) menemukan bahwa lebih dari 40% buku teks di Indonesia kurang relevan dengan perkembangan terbaru, khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Ini menghambat siswa untuk memperoleh informasi terkini yang relevan dengan kebutuhan zaman.

2. Kesulitan dalam Mengintegrasikan Pembelajaran Kontekstual

Pendekatan pembelajaran kontekstual mendorong siswa untuk belajar melalui pengalaman nyata dan relevan dengan kehidupan sehari-hari. Pembelajaran yang kontekstual bertujuan untuk membantu siswa menghubungkan antara teori yang dipelajari dengan aplikasi praktis di dunia nyata. Sayangnya, buku teks tradisional sering kali tidak memberikan ruang yang cukup untuk mengembangkan pembelajaran kontekstual ini. Materi yang disampaikan cenderung statis, tanpa memberikan siswa peluang untuk mengeksplorasi pengetahuan mereka melalui cara-cara yang kontekstual dan dinamis.

Sebagai contoh, dalam pembelajaran sains, siswa sering kali hanya diperkenalkan pada teori dasar tanpa diberi kesempatan untuk memahami bagaimana teori tersebut diterapkan dalam kehidupan nyata. Dalam riset oleh Dede (2018), siswa yang terlibat dalam pembelajaran berbasis pengalaman nyata menunjukkan pemahaman yang lebih mendalam dan ketertarikan lebih besar pada mata pelajaran tersebut dibandingkan dengan mereka yang hanya belajar melalui buku teks.

3. Pendekatan Pembelajaran yang Terlalu Formal dan Monoton

Masalah lain dalam proses pembelajaran di ruang kelas adalah pendekatan yang masih terlalu formal dan monoton. Banyak guru merasa terbatas oleh kurikulum yang ketat, sehingga kurang fleksibel dalam mengembangkan metode pengajaran yang kreatif. Hal ini mengakibatkan pembelajaran yang cenderung membosankan, terutama bagi siswa yang memiliki gaya belajar yang beragam. Teori belajar sosial dari Albert Bandura (1977) menyatakan bahwa siswa belajar paling efektif melalui interaksi aktif dan pengalaman langsung, bukan hanya sekedar mendengarkan atau membaca teks.

Namun, data dari Survei Pembelajaran Nasional (2021) menunjukkan bahwa lebih dari 70% guru di Indonesia masih menggunakan metode ceramah sebagai teknik utama dalam pengajaran, dengan fokus utama pada isi buku teks. Sementara metode ini mungkin efektif untuk beberapa materi, namun terbukti kurang efektif dalam mendorong pemahaman mendalam dan keterampilan berpikir kritis siswa. Akibatnya, siswa cenderung menghafal informasi tanpa benar-benar memahaminya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline