Lihat ke Halaman Asli

Ardi Bagus Prasetyo

TERVERIFIKASI

Praktisi Pendidikan

Krisis Moral Para Remaja dan Rentannya Kejahatan Terhadap Perempuan

Diperbarui: 29 September 2024   08:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(nasional.tempo.co)

Remaja merupakan masa transisi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pada masa ini, individu mulai mencari jati diri dan mencoba berbagai hal yang dapat membentuk kepribadian mereka di masa depan. Namun, belakangan ini, semakin banyak laporan mengenai krisis moral yang terjadi di kalangan remaja. 

Krisis moral ini sering dikaitkan dengan berbagai fenomena sosial, termasuk peningkatan kejahatan yang melibatkan remaja, serta meningkatnya rentannya perempuan terhadap tindak kekerasan dan kejahatan. Fenomena ini mencerminkan kondisi yang mengkhawatirkan dalam struktur sosial dan pendidikan yang harus segera ditangani secara serius.

Krisis Moral Remaja: Definisi dan Penyebab

Krisis moral di kalangan remaja dapat diartikan sebagai hilangnya atau berkurangnya kemampuan individu untuk membedakan mana yang benar dan salah, baik secara pribadi maupun dalam interaksi sosial. Pada umumnya, krisis ini ditandai dengan perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma sosial, seperti tindakan kekerasan, penggunaan narkoba, perilaku menyimpang, dan pelanggaran hukum lainnya.

Salah satu faktor utama yang menyebabkan krisis moral remaja adalah pengaruh lingkungan. Remaja adalah kelompok usia yang sangat mudah terpengaruh oleh lingkungannya, baik itu teman sebaya, media sosial, maupun lingkungan keluarga. Media sosial, misalnya, sering kali menjadi tempat di mana remaja dapat terpapar dengan berbagai konten yang tidak sesuai dengan nilai-nilai moral. Konten yang bersifat kekerasan, pornografi, hingga glorifikasi gaya hidup konsumtif sering kali memengaruhi persepsi dan perilaku remaja tanpa adanya pengawasan yang memadai dari orang dewasa.

Di sisi lain, kurangnya pendidikan moral yang kuat dari keluarga dan sekolah juga turut berkontribusi dalam krisis ini. Pendidikan moral seharusnya dimulai dari keluarga, di mana orang tua berperan sebagai contoh dan pendidik pertama bagi anak-anaknya. Namun, dalam banyak kasus, orang tua tidak memberikan perhatian yang cukup dalam pembentukan karakter anak karena sibuk dengan pekerjaan atau masalah pribadi. Begitu pula di sekolah, fokus pada prestasi akademik sering kali mengesampingkan pentingnya pendidikan karakter dan nilai-nilai sosial.

Peran Teknologi dan Globalisasi

Perkembangan teknologi dan globalisasi juga turut memengaruhi moralitas remaja. Akses internet yang tak terbatas memungkinkan remaja terhubung dengan dunia luar tanpa batas geografis. Mereka dapat mengakses informasi dan berinteraksi dengan berbagai budaya, yang bisa jadi tidak selaras dengan nilai-nilai moral di masyarakatnya. Di satu sisi, globalisasi memberikan kesempatan belajar yang luas. Namun di sisi lain, jika tidak disertai dengan penanaman nilai moral yang kuat, globalisasi bisa menjadi tantangan yang merusak moral remaja.

Selain itu, adanya perubahan dalam pola interaksi sosial remaja akibat media sosial juga menyebabkan adanya tekanan sosial yang tinggi, terutama dalam hal penampilan fisik, status sosial, dan popularitas. Banyak remaja yang merasa harus menyesuaikan diri dengan standar sosial yang dibentuk oleh media, yang sering kali tidak realistis dan merusak harga diri. Tekanan ini sering kali mendorong remaja untuk melakukan tindakan-tindakan yang tidak bermoral, seperti bullying, body shaming, atau bahkan perilaku menyimpang untuk mendapatkan pengakuan.

Rentannya Perempuan Terhadap Kejahatan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline