Sifat gengsi merujuk pada dorongan seseorang untuk menunjukkan status sosial, keunggulan, atau superioritas tertentu dalam masyarakat. Ini sering kali tercermin dalam perilaku atau pengeluaran yang dirancang untuk meningkatkan citra diri atau mendapat pengakuan dari orang lain.
Menurut beberapa ahli, sifat gengsi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Thorstein Veblen: Veblen, seorang ekonom dan sosiolog terkenal, mengembangkan konsep "konsumsi gengsi" dalam karyanya yang terkenal "The Theory of the Leisure Class" (1899).
Menurut Veblen, sifat gengsi muncul ketika individu mencoba menunjukkan status sosial atau kekayaan mereka melalui konsumsi barang-barang atau perilaku tertentu.
Veblen menekankan bahwa konsumsi gengsi sering kali bersifat pemborosan dan dilakukan untuk mendapatkan pengakuan atau pujian dari orang lain.
2) Juliet B. Schor: Schor, seorang sosiolog ekonomi, mengembangkan konsep "konsumsi simbolis" dalam karyanya yang berjudul "The Overspent American: Why We Want What We Don't Need" (1998).
Menurut Schor, sifat gengsi muncul ketika individu menggunakan barang-barang konsumsi sebagai simbol status sosial atau keberhasilan.
Schor menyoroti bagaimana tekanan budaya konsumsi modern dapat mendorong orang untuk mengejar gaya hidup yang bergengsi, bahkan jika itu berarti hidup di luar kemampuan finansial mereka.
3) Pierre Bourdieu: Bourdieu, seorang sosiolog Perancis, mengembangkan konsep "modal budaya" dan "modal simbolik" dalam teorinya tentang stratifikasi sosial.
Menurut Bourdieu, sifat gengsi merupakan hasil dari upaya individu untuk mengakumulasi modal budaya dan simbolik, seperti pengetahuan, keahlian, atau gaya hidup tertentu, yang digunakan untuk menunjukkan superioritas atau prestise dalam masyarakat.