Lihat ke Halaman Asli

Ardi Bagus Prasetyo

TERVERIFIKASI

Praktisi Pendidikan

"Cuma Bisa Main HP", Benarkah Anak-Anak Zaman Sekarang Tak Memiliki Peluang Sukses Masa Depan?

Diperbarui: 25 Oktober 2023   18:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi anak menggunakan smartphone(Dok. Shutterstock/BoonritP via kompas.com)

"Mau jadi apa kamu kalo main hp terus bisanya", Pernahkah anda diomeli seperti itu oleh ayah atau ibu kalian di rumah? Ya tentu pernah, saya selaku penulispun juga pernah. Tetapi, tahu kah anda jika ucapan yang keluar dari orang tua kita di rumah tentu beralasan. 

Itu semua sebenarnya tidak serta merta keluar dari mulut mereka, melainkan ada sebab tersendiri yang mungkin saja mereka dapatkan dari banyak sumber terkait bahaya dan dampak dari keseringan bermain gawai atau gadget bagi anak-anak.

Mari kira mengintip sejenak tentang data yang pernah dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2022 yang menyatakan bahwa jumlah data pengguna gadget yakni usia anak-anak mencapai angka 33,44% usia 0-6 tahun. Sementara 24,96% adalah mereka yang berusia dini. 

(Tangkapan layar dari Badan Pusat Statistik - Dok. Pribadi)

Wajar jika ketakutan orang tua terhadap buah hatinya seakan menjadi bom waktu yang dapat meledak sewaktu-waktu. Setidaknya, mencegah sebelum keadaan menjadi lebih parah itu jauh lebih penting. 

Bukan berarti main HP-nya yang dilarang, namun apa yang sedang dilakukan anak bersama HPnya itulah yang menjadi perhatian orang tua di rumah. 

Di usia sekolah misalnya, anak-anak cenderung mudah sekali mendapatkan informasi apapun dan tontonan apapun tanpa adanya filterasi yang baik dari orang tua terkait penggunaan ponsel di rumah. 

Menonton konten-konten kekerasan, kriminal, tayangan psikopat, mengakses tontonan vulgar dan pornografi, bermain game sepanjang waktu, hingga mengikuti tren-tren aneh yang berseliweran di media sosial seakan menjadi hal yang lumrah didapatkan anak-anak di era yang katanya serba digital sekarang. 

Dengan algoritma semacam itu, anak akan semakin  mudah terangsang dan terpancing untuk mengikuti tren-tren tersebut tanpa tau batasan atau adakah nilai positifnya bagi dia atau tidak. 

Hal tersebut juga diperparah dengan kurang tegasnya orang tua dalam memberikan perhatian dan pengawasan kepada anak. Mereka juga senang apabila anak tidak mengganggu pekerjaan mereka di rumah. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline