Pernahkah anda bertanya dalam diri anda tentang "Apa sebenarnya tujuan pendidikan kita di masa depan?", jawabannya tentu mengacu pada tujuan dasar dari konsep pendidikan yang telah disusun sejak puluhan tahun yang lalu yakni negara menginginkan terciptanya generasi muda yang merdeka dalam belajar, berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila, dan yang terpenting mampu membawa Indonesia menjadi negara yang lebih baik di masa depan.
Tak salah memang jika hal tersebut kita tanyakan atau diskusikan sekarang, namun yang menjadi masalah. Tepatkah tujuan tersebut kita gaungkan berdasarkan potret keadaan situasi pendidikan dan peserta didik kita saat ini? Sulit sebenarnya bagi kita untuk tidak mengakui bahwa perkembangan dan pengembangan kualitas pendidikan kita saat ini tengah mengalami gradasi dari segi kualitas. Kemudian, kita sering melihat banyak fenomena pelik yang terjadi di lingkungan peserta didik. Mulai dari isu-isu kriminal meliputi kasus-kasus asusila, merokok di lingkungan kelas, tawuran, hingga perilaku-perilaku amoral lainnya.
Perlu diketahui bahwa secara umum, perilaku amoral merupakan suatu perbuatan atau perilaku yang tidak bermoral dan dilakukan oleh seseorang karena mempunyai pengetahuan minim, mempunyai kelainan, atau bahkan masih di bawah umur.
Dalam lingkup pendidikan, selaku guru tentu kita tak menginginkan kegiatan amoral tersebut terjadi dan dialami oleh para peserta didik kita di sekolah. Lebih dari itu, perlu adanya pendampingan dan evaluasi dari banyak pihak agar ke depan proses pendidikan di Indonesia dapat lebih baik dan semakin berkualitas baik dari sisi prestasi maupun kualitas adab dan akhlak.
Lalu, apa sajakah perilaku-perilaku amoral yang kerap terjadi di lingkungan peserta didik saat ini?
Risak / Pembullyian
Risak atau pembullyian memang telah menjadi fenomena lumrah yang seakan membudaya di lingkungan sekolah. Ini seakan menjadi pekerjaan rumah dan perhatian dari seluruh pihak tentang bagaimana menekan perilaku pembullyian agar tak marak terjadi di lingkungan peserta didik. Secara umum, bullying adalah suatu tindakan penindasan, kekerasan, ancaman, atau paksaan terhadap orang lain, yang menyebabkan korban menjadi malas, takut, atau selalu mengalami intimidasi saat berada di circle atau lingkungannya. Latar belakang terjadinya perilaku pembullyian ini biasanya disebabkan oleh banyak hal, mulai dari ekonomi, fisik, sosial, agama, ras, etnis, hingga status keluarga.
Sudah sepatutnya guru bekerja sama dengan seluruh pihak sekolah untuk menekan dan mengurangi terjadinya peristiwa pembullyan yang terjadi di lingkungan sekolah. Dengan kerja sama dan koordinasi yang optimal antar berbagai stake holder, maka tujuan dari pendidikan akan tercapai dan lingkungan sekolah akan tercipta ramah anak dan bebas dari perilaku pembullyian.
Sex Bebas dan Fenomena Open BO
Fenomena kenakalan remaja di lingkungan sekolah selanjutnya, yakni maraknya perbuatan asusila dan fenomena open B.O di kalangan remaja. Masih ingatkah anda dengan kasus ratusan siswa di Ponorogo yang hamil di luar nikah beberapa tempo lalu? Dari latar belakang permasalahan tersebut, dapat kita simpulkan secara garis besar bahwa ada yang tidak beres dari pengelolaan dan pembinaan adab serta moral remaja di lingkungannya. Tak cukup sampai di situ, fenomena lainnya yang muncul yakni maraknya perilaku open B.O melalui aplikasi-aplikasi yang seperti michat dan lain sebagainya.