Lihat ke Halaman Asli

Sayap

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

“Mas kan punya sayap, terbang dong kesini. Nanti aku beliin sop buah”

Sayap, dari mana kau tahu bahwa aku memilikinya? Kau tahu seberapa pun aku menyukai kalimat yang diucap Rumi tentang; Manusia itu dicipta dengan sayap, mengapa memilih merangkah dalam menjalani hidup? Tetap saja aku tak percaya memilikinya, aku pernah jatuh dari sebuah bangunan yang sedang dipugar. Ada robekan luka di punggung sebelah kiriku.

Sayang, yang memiliki sayap itu burung. Sungguh aku tak pernah mendegar jika pada punggung manusia bisa ditumbuhi sayap. Namun jika kau memaksa akan dirimu yang pernah melihat manusia dengan sayap, itu kamu sedang menonton film X-Man.

Kau tahu, menurutku yang baru awal mempelajari filosofi, ungkapan Rumi bukan mengartikan jika manusia benar ada sayapnya. Ia hanya menggunakan kata ‘sayap’ sebagai sebuah metafora jika manusia memiliki kemampuan lebih dari akal yang dimilikinya. Dan dari akal itulah manusia bisa terlihat –seraya terbang dengan sayapnya.

Hahaha, kau bingung dengan apa yang baru saja kutulis? Sama sayang, kali ini aku benar kurang mengerti dengan yang baru kutulis. Namun mungkin inilah aku yang sekarang. Kurasa beberapa bagian impuls syarafku mengalami sedikit masalah. Pola tidurku yang tak teratur menjadikan pikiranku tak lagi jerih.

Dan tentang sayap sekali lagi;

Namun jika aku benar meilikinya pastilah aku akan terbang menujumu, mengetuk pintu rumahmu yang berwarna coklat. Dan tentang jarak yang biasa kubahas dengan begitu melowdramatis, tak lagi kupikirkan begitu dalam. Aku hanya perlu mengembangkan sayap-sayap-ku lalu meluncur deras membelah udara. Ya, aku akan berdiri didepanmu, mungkin dengan badan yang sedikit gemetar.

“dingin ya, gemeteran gitu?” mungkin seperti itu tanyamu saat melihatku.

“tidak ada yang bisa membuatku salah tingkah selain kamu sayang” ucapku dengan kata yang terbata-bata.

Mendengar itu pastilah kau langsung tertawa, lalu menyebutku seorang perayu. Tapi perayu pun sama seperti pujangga sayang – Hanya memantulkan keindahan yang ada dihadapanya lewat kata-kata.

Jadi kukatakan padamu berulang; Aku tak memiliki sayap sayang, karena aku dicipta sebagai manusia dan bukannya burung.

“kan mas ini Malaikat. Malaikat kan lebih hebat dari Superman” katamu yang lain disore itu.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline