Lihat ke Halaman Asli

Ardiansyah

Pendidik

Akalku Budak Tuhanku

Diperbarui: 2 Juni 2024   12:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi akal (Foto: Okezone.com) 

Dalam sebuah ilmu logika (ilmu Mantiq) dikatakan bahwa; "Manusia adalah hewan yang berpikir ". Mungkin yang mendasari pernyataan di atas adalah karena manusia lebih unik dari ciptaan Tuhan yang lainnya. Jika dibandingkan dengan makhluk lain seperti hewan dan tumbuhan, tentu ada faktor yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Manusia diberikan akal, sedangkan hewan dan tumbuhan tidak. 

Berlepas dari semua itu, secara indrawi manusia memang tidak berbeda dengan hewan dalam hal fisik (jasadiyah), karena semua yang Tuhan anugerahi pada hewan semua terdapat pada diri manusia; penglihatan pada mata, pendengaran pada telinga, penciuman pada hidung, perabaan pada tangan, rasa pada lidah dan lain anatomi tubuh yang lainnya. 

Namun ada satu anugerah anatomi tubuh yang diberikan Tuhan dan tidak dimiliki hewan dan tumbuhan, tapi dimiliki oleh manusia. Bahkan karena anatomi inilah manusia menjadi bernilai, berwibawa, dan terkena kewajiban menunaikan ajaran agama Islam, dihisab di hari kiamat, dan memiliki eksistensi. Anatomi itu adalah akal. Dengan akal ini manusia bisa terus eksis di atas muka bumi. Bahkan eksisnya entitas atau keberadaan makhluk lainnya sangat dipengaruhi oleh akal manusia. 

Bukti dari bernilainya sebuah akal adalah tidak bernilainya manusia yang hilang akalnya. akal berfungsi untuk berpikir. Namun banyak manusia yang diperdaya dengan akalnya. Dengan mengabaikan nash-nash ayat suci Tuhan karena akal pikirannya memandang ayat-ayat itu  sudah usang dan lapuk maka perlu direvisi dan diinovasi sehingga tidak sadar bahwa akalnya telah mendistorsi ayat-ayat Tuhan dalam kitab suci.

Mungkin inilah alasan tentang pentingnya memahami, bahwa akal hanya menjangkau aspek empiris dan fisik. Sedangkan ayat-ayat Tuhan harus dijangkau secara fisik (nyata) dan metafisik (ghaib). Walau memahami perihal yang ghaib (metafisik) adalah tugas sebuah akal.  Kaum teolog sering kontradiktif terhadap Pemuja akal, karena menganggap pengaruh dari penggunaan akal yang sporadis  bisa melunturkan konsep teologis itu sendiri yang kemudian menghantarkan pemujanya menjadi attais atau agnostik. 

 Penulis berpandangan bahwa akal adalah anatomi tubuh yang dianugerahkan Tuhan dan memiliki peran penting bagi manusia. Namun dalam persepektif teologis akal harus tunduk atau menjadi budak bagi firman-firman Tuhan dalam kitab suci. Karena sakralitas ayat-ayat suci bersifat absolut dan statis, sedangkan akal dengan kerja berpikirnya bersifat dinamis.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline