Lihat ke Halaman Asli

Bukan Salah Siapa-siapa

Diperbarui: 18 September 2018   03:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumentasi pribadi

Entah apa gerangan yang membuat daya ingin mengetik sedikit kata malam ini timbul, tak perlu pedulikan itu. Seraya mengais-ngais ingatan yang cukup dalam ia-nya timbul.

Hari ini saya hanya sekadar ingin berbicara persoalan teknologi dan media sosial yang tumbuh pesat laksana jamur dimusim hujan. Yaa.. Ia memberi berbagai warna, memberi efek positif dan negatif yang ikut membentuk dinamika kehidupan. Ia kadang memakai rupa malaikat baik, dan pada saat lainnya bersalin muka dalam wajah sosok menakutkan.

Menghindari kemajuan teknologi dan perkembangan media sosial seiring perkembangan zaman adalah barang mustahil dan sebuah kebodohan. Hanya saja setiap kita tetap wajib memiliki "kontrol" atas keadaan ini. 

Sedikit menyedihkan saya rasa ketika kita menatap kenyataan bahwa teknologi dan media sosial ini tadi secara sedemikian rupa telah mengambil alih sedikit banyak hal-hal penting dalam kehidupan kita. Sikap "ke-aku-an" alias "individualis" secara masif telah terbangun. Kepedulian terhadap sesama menipis, ya menipis sejalan dengan kemerosotan semangat kebersamaan.

Lalu, akankah kita tetap membanggakan diri pada bangsa lain "ini toh bangsaku, guyub, rukun dalam kebersamaan". Sementara pada realitasnya, semua perlahan-lahan tercabut. Memang belum benar-benar terangkat tapi imbasnya saya rasa sudah dapat ditangkap indera kita.

Sikap "ke-aku-an" yang terbangun ini, saya pikir sesegera mungkin harus kita antisipasi. Keteejebakan pada daya pikat teknologi dan media sosial yang berimplikasi negatif dalam wujud individualisme ini jelas tak sejalan dengan warisan luhur budaya bangsa berbentuk kebersamaan. Perlu rasanya kita kembali pada jalur komunikasi nyata dalam kelompok, paguyuban, dan berbagai wadah kebersamaan lainnya. 

Dengan sadar meletakkan sejenak teknologi dan media sosial yang disesaki berbagai keanehan. Menggantinya dengan sharing dan canda tawa, melatih kepekaan hati sebagai makhluk bernama manusia dengan menatap kenyataan luar secara bersama. Karena bukankah kita ini "makhluk sosial" yang notabene tidak mampu hidup tanpa peran pihak lainnya.

Dalam renungan malam ini, tak sempat kuseruput kopi.

#Ardiansyah 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline