Lihat ke Halaman Asli

Astriana

Pengarang

Dispensasi Nikah di Ponorogo dan Indramayu: Relasi dengan Film Romantis Argantara, Little Mom, dari Jendela SMP

Diperbarui: 3 Februari 2023   19:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar: tix.id

Awal tahun ini, sekitar 17 Januari 2023 media dihebohkan dengan berita dispensasi nikah kurang lebih 191 siswa di Ponorogo. Tak jauh setelah itu berita 572 anak di Indramayu yang mengajukan dispensasi nikah juga beredar. Hal ini jelas menjadi sorotan publik.

Ada yang bilang "ini sih kado tahun baru" atau "Kebobolan sih gak pakek pengaman!" Well,  mendengar kata "siswa" banyak yang mengira anak-anak yang telibat dalam fenomena tersebut  terjerumus pada pergaulan bebas ketika masih berstatus menjadi siswa. 

Namun, dilansir dari detik.com berdasarkan penjelasan Dinas Pendidikan Ponorogo Nurhadi Nahuri, "Tidak semua pemohon dispensasi masih berstatus pelajar, sebagian sudah lulus setingkat sekolah menengah atas," "Yang benar adalah lulusan SMP yang sudah tidak melanjutkan sekolah dan meminta dispensasi karena usianya belum mencapai 19 tahun sebagai syarat menikah,'' tutur Nurhadi lagi. 

Sementara di Indramayu dispensasi nikah itu terhitung sepanjang 2022 dan telah mengalami penurunan dari tahun 2020 dan 2021 meskipun angka dispensasi masih tinggi. Jadi bukan serta merta terjadi di awal tahun, hanya saja mulai diberitakan kembali karena berita sebelumnya ramai.

BPS mencatat terdapat sebanyak 1.74 juta pernikahan diri di sepanjang 2021. Dan jumlah tersebut menuruk sebanyak 2,8% dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 1,79 juta pernikahan dini. Meski begitu garis besarnya masih sama. Angka pernikahan dini di Indonesia cenderung tinggi sekalipun prosentasenya turun. 

sumber gambar: databoks.katadata.co.id 

Bergeser sedikit dari fenomena dispensasi nikah di Ponorogo dan Indramayu. Sadar atau tidak pelaku pernikahan dini ini masih sering dikaitkan dengan pergaulan bebas yang seolah-olah membebankan kesalahan tersebut hanya pada pelakunya. 

Padahal  sex educationnya juga belum konsisten. Belum ada ekosistem atau lingkungan yang cukup baik dalam memberi informasi seputar sex dan relationship yang sehat dan matang. 

Ya, memang sudah banyak akun media sosial yang membahas seputar edukasi dan kesehatan sex seperti tabu.id, catwomanizer, jennyjusuf, dan zoyaamirin misalnya. 

Semua orang juga bisa mengakses informasi tersebut, tapi tidak semua orang mau. Terutama bagi mereka yang memiliki akses pendidikan rendah, itu hal pertama. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline