Lihat ke Halaman Asli

Jika Tuhan Punya Akun Sosmed

Diperbarui: 24 Juni 2015   05:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock



Jika Tuhan Punya Socmed pasti akan lebih mudah meminta | Tak perlu tengadah tangan

Tak perlu nyanyian puji | Tak perlu semedi |

Setiap awal bulan, bisa diliat di beranda facebook, timeline twitter, Path, dan media sosial lainnya penuh dengan berbagai harapan. Entah kepada siapa harapan itu digantukan, entah Tuhan mereka atau tuhan socmed. Semua terlihat serius dan bersungguh-sungguh dengan harapannya, memang seharusnya begitu.

Bukankah harapan kebaikan hanya ditujukan kepada Tuhan? Bukankah Dia telah menentukan cara-cara yang terbaik untuk meminta kepada-Nya? Saya tidak tahu jika Tuhan memberi cara baru untuk meminta kepada-Nya; melalui media sosial. Mungkin saja itu termasuk salah satu cara terbaik yang Dia berikan. Pastinya setelah melihat perkembangan tenknologi saat ini. Tuhan juga update dong.

Perkembangan teknologi yang semakin maju memang telah memberi banyak kemudahan kepada manusia dalam segala segi kehidupan, salah satunya komunikasi dengan Tuhan. Jika dulu, cara berkomunikasi dengan Tuhan dilakukan dengan ibadah yang diyakini oleh tiap agama. Namun, saat ini cara tersebut sepertinya diangap kurang pas. Mungkin karena dianggap membuang-buang waktu sehingga dicari cara yang dapat meliputi semuanya; hubungan dengan manusia dan hubungan dengan Tuhan.

Media sosial awalnya mungkin hanya ditujukan untuk mempermudah komunikasi dengan kerabat yang berada jauh. Tetapi lama kelamaan, sosial media diupdate sehingga tidak hanya bisa digunakan untuk berkomunikasi dengan manusia saja, tetapi juga dengan Tuhan.

Ada yang dikhawatirkan dengan kemudahan ini. Sebagian orang merasa lebih penting berkomunikasi dengan teman mayanya daripada dengan teman nyata. Ketika sedang berkumpul dengan teman, keluarga, bahkan ketika sedang di kelas, kantor, ataupun ruang sidang, mereka akan lebih sibuk berkomunikasi dengan teman mayanya daripada orang yang ada di sebelahnya. Begitu juga ketika sedang menunggu antrian atau angkutan, sebagian besar orang lebih memilih berkomunikasi dengan teman mayanya daripada menjalin komunikasi dengan orang yang ada di sekitarnya. Ketika mencari alamat juga. Dulu orang-orang selalu bertanya kepada penduduk sekitar ketika mencari alamat. Hingga ada pepatah, malu bertanya sesat di jalan. Saat ini? Media GPS, fourtsquer, google map bisa membantu dengan cara yang lebih mudah dan lengkap. Intinya, media membantu memudahkan segala kebutuhan sehari-hari. Media sosial juga membantu manusia menjadi autis sosial.

Bagaimana jika hal ini terjadi kepada Tuhan? Pengharapan kepada Tuhan dianggap sah hanya dengan permohonan melalui media sosial tanpa harus melalui ritual ibadah sebagaimana yang telah ditentukan. Lama kelamaan ritual ibadah tidak lagi dianggap penting karena permohonan dapat dilakukan tanpa melalui ritual ibadah sekalipun. Untuk pengabulan? Tidak tahu, itu urusan Tuhan.

Mungkin, permohonan yang diajukan melalui media sosial dilakukan untuk memperoleh banyak pengaminan. Kata orang bijak, semakin banyak orang yang mengamini, akan semakin besar kemungkinan terkabul. Itu bisa saja, apalagi jika Tuhan juga punya akun media sosial sehingga dapat lebih mudah mengabulkan permintaan hambanya. Mungkin juga tuhan akan membuat persyaratan baru, siapa saja yang mendapat like atau retweet paling banyak, maka permohonannya akan segera dikabulkan.

Ini hanya kekhawatiran yang berlandaskan pada kasus yang memiliki kemiripan. Namun, sebagian besar kekhawatiran itu tidak pernah terjadi. Semoga untuk hal ini juga demikian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline