Lihat ke Halaman Asli

Kegiatan Dakwah di Lokalisasi

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Dakwah Islam merupakan aktivitas yang never ending process. Dakwah selalu saja ada sepanjang hayat manusia. Dakwah berjalan dinamis sejalan dengan dinamika kehidupan manusia itu sendiri. Meski dakwah sudah dimulai sejak Nabi Adam, dakwah tetap tidak mengenal kata berakhir; bahkan ia akan selalu bergerak maju mengiringi langkah kehidupan manusia setiap zaman. Jika dakwah nabi-nabi terdahulu difokuskan hanya pada satu komunitas tertentu dengan materi sentral seperti Tauhid. Namun Di zaman modern saat ini materi dakwah yang tidak hanya terfokus pada Tauhid akan tetapi banyak materi dakwah yang sering di sampaikan oleh para da’i, yang menggunakan berbagai macam metode atau cara.

Seperti dakwah yang dilakukan di lokalisasi saat ini, banyak cara dan metode yang bisa kita gunakan pada saat berdakwah di tempat tersebut. Jika saat ini banyak orang yang memandang jijik dan kotor terhadap  dunia prostitusi, akan tetapi tidak sedikit juga yang menganggap PSK Perlu mendapatkan Dakwah yang layak seperti salah satu contoh, KH. Khoiron Syu’aeb  sebagai pendakwah yang ikhlas, sabar  dan tahan banting. Puluhan tahun berdakwah di area prostitusi tanpa mengharap amlop, yang diharapkan hanyalah mengentaskan wanita-wanita yang terjebak dalam dunia pelacuran. Seakan sebagai sebuah profesi dan menjadi mata pencarian bagi sebagian orang. Sebab, meskipun mereka (PSK dan mucikari), akan tetapi mereka juga sering mengikuti acara-acara pengajian.

Tidak semua orang bisa berdakwah di dunia prostitusi, karena godaannya banyak dan berat. Sehingga untuk melakukan dakwah di lokalisasi  ini sebaiknya melakukan berbagai langkah, seperti yang di lakukan pula oleh Kyai Khoirun yang berdakwah di Lokalisasi yang berada di Surabaya. Langkah pertama yang dilakukan KH. Khiron Syuaib untuk melancarkan dakwahnya adalah melakukan pendekatan terhadap para perangkat Kelurahan Dupak RW 04 Bangunsari. Hal ini dilakukan dengan alasan, bahwa peranan perangkat kelurahan waktu itu hingga saat ini sangat dominan. Terutama jabatan RW 04 Bangunsari Kelurahan Dupak.

Tidak mengherankan, jabatan RW begitu diidamkan oleh masyarakat Bangunsari. Selain prestise, alasan finansial juga menjadi penyebab jabatan RW begitu diburu di tempat itu. Tidak hanya itu saja, siapa pun yang menjadi ketua RW di kelurahan tersebut setiap keputusannya akan diikuti oleh PSK dan mucikari. Oleh karena itu, sebelum mendekati para PSK dan mucikari, Kyai Khoiron terlebih dahulu mengambil hati para perangkat kelurahan di tempat itu, terutama ketua RW. Pendekatan dakwah yang dilakukan Kyai Khoiron cukup persuasif. Misalnya, ketika ia telah mendapati Ketua RW yang tengah asyik berpesta menikmati minuman keras bersama PSK dan Mucikari, maka kendati pun ia mengetahui hal tersebut, dirinya tidak langsung menegurnya. Setelah ketua RW sadar, Kyai Khoiron baru megajaknya berdialog mengenai kebaikan dan masa depan kampungnya.

Selain itu, juga melakukan dialog-dialog kecil dengan para perangkat desa, pada akhirnya Kyai Khoiron mendapatkan izin dari mereka untuk melakukan dakwah dan pembinaan mental kepada para PSK dan mucikari yang ada. Ketika itu, perhatian Kyai Khoiron tertuju pada Gedung Bioskop Bintoro yang lokasinya tidak begitu jauh dari rumahnya, tepatnya berada di ujung jalan Bangunsari.

Selain karena lokasinya yang tidak begitu jauh, gedung bioskop tersebut menjadi wahana hiburan murah meriah bagi para PSK dan mucikari, serta para hidung belang. Saat itu, Kyai Khoiron dalam benaknya berfikir, Gedung bioskop tersebut bisa menjadi salah satu media untuk memulai aktivitas dakwahnya. Dan menjadi gerbang awal dakwahnya untuk menolong menyadarkan kekeliruan para PSK dan mucikari. Atas persetujuan dan bantuan para perangkat kelurahan waktu itu, gedung bioskop mendadak berubah, tak seperti biasanya. Sebab, jika pada hari-hari biasa usai menonton film, mereka (PSK dan mucikari) langsung kembali dan beraktivitas, saat itu meraka harus mendengarkan ceramah dan tegur sapa dari Kyai Khoiron dulu. Sebagaimana penuturannya berikut ini:

“Waktu itu, saya sedikit kaku dan nervous, sebab para PSK-nya yang datang tidak hanya dari Bangunsari saja, tapi dari Gang Dolly, Jarak, Kremil Moroseneng, dan Tambaksari juga berkumpul di situ. Dan ketika berbicara, saya juga tak langsung berkata akan berdakwah di situ, saya hanya menyapa dan berusaha lebih dekat dengan mereka, itu yang pertama kali saya lakukan,” (Erfan 2011: online).

Dalam syiar dakwahnya, kyai yang tinggal di kelurahan Dupak RT 5 RW 4, Surabaya ini cukup sederhana dan tidak muluk-muluk atau bahkan mengancam para PSK dan mucikari. Dirinya hanya mengutip ayat yang menyebutkan bahwa Allah akan mengampuni dosa apa pun kecuali dosa syirik atau meyekutukan-Nya. Jadi, menurutnya sekotor apa pun, sebesar apa pun dosa manusia, selama ia tidak syirik dan menyekutukan Allah, niscaya Allah akan mengampuni dosa para hamba-Nya. Ayat tersebut selalu ia sampaikan tatkala berceramah. Sebab ia menilai, untuk menyadarkan para PSK dan mucikari tidak perlu ancaman atau pun pemaksaan kepada mereka. Pada hakikatnya mereka butuh dorongan, motivasi, harapan dan keterampilan yang tentunya hal tersebut tidak semudah membalikkan telapak tangan. Butuh waktu dan proses serta kesabaran dan pendekatan secara personal terhadap mereka (Erfan 2011: online).  Aktivitas dakwah yang yang dilakukan oleh KH. Khoirun di tempat seperti ini memang terlihat unik dan aneh.

Seorang pendakwah tidak boleh lelah dan putus asa membimbing mereka ke jalan yang benar terutama para PSK yang ada di Lokalisasi. Apa yang pendakwah lakukan hanya ingin membantu para PSK saja. Dia yakin, dalam hati kecil para PSK dan mucikari ada keinginan untuk berhenti dari dunia kelamnya, mereka pasti ingin berhenti dari dunia yang bergelimang dosa dan maksiat itu. Tidak seorang pun yang ingin terus hidup dengan dihantui rasa bersalah dan dosa, ia pasti ingin kembali ke jalan yang diridhoi oleh Allah SWT.

Pendekatan yang di lakukan di daerah lokalisasi terfokus pada mad’u, dengan menggunakan bidang-bidang kehidupan sosial kemasyarakatan. Pendekatan dakwah dengan cara ini meliputi pendekatan sosial politik, pendekatan sosial budaya, pendekatan sosial ekonomi, dan pendekatan sosial psikologis. Semua pendekatan di atas dapat disederhanakan dengan dua pendekatan. Pendekatan struktural dan pendekatan kultural (Tasmara tt: 46-47). Pendekatan struktural, misalnya melalui peran politik para elit politik dalam memperjuangkan Islam melalui pemerintahan, sedangkan pendekatan kultural, misalnya melalui pendidikan, pemberdayaan ekonomi masyarakat, sumber daya manusia, dan sebagainya.

Pada hakikatnya, pengentasan prostitusi adalah tugas dari Kementerian sosial RI serta melalui dinas sosial. Namun, karena hal ini menjadi tugas kita bersama. Maka pihak-pihak manapun baik pemerintah maupun masyarakat harus membantu terhadap kegiatan dakwah ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline