Lihat ke Halaman Asli

Kelembutan: Kekuatan yang Tak Terpatahkan

Diperbarui: 26 Juni 2015   07:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Madinah, empat belas abad silam, seorang lelaki setiap pagi pergi menemui seorang pengemis yahudi tua renta dan lumpuh serta buta kedua matanya. Pengemis itu sangat membenci Muhammad SAW, ia juga membenci Islam. Tiap hari ia mencaci-maki Rasulullah SAW. Memuntahkan kebenciannya kepada Nabi yang datang dari bangsa Arab, bukan bangsa Yahudi. Tapi dengan lembut, lelaki ini memberikan suap demi suap makanan kepada mulut sang pengemis tua itu. Dan setiap kali suapan itu pula, sang pengemis berkata "bunuh Muhammad... bunuh Muhammad" dan berbagai cacian yang terus keluar dari mulutnya. Namun si Lelaki ini tetap saja dengan lembut memasukan makanan sesuap demi sesuap ke dalam mulut pengemis tua tersebut. Hingga suatu ketika si lelaki tersebut, tidak lagi datang menyuapi. Hari itu, Abu Bakar Ash Shidiq menggantikan perannya. Suap demi suap makanan di masukkan ke dalam mulut si pengemis. "Siapa kau?" pengemis itu terkejut "Engkau pasti bukan orang yang biasa menyuapiku. Orang itu lebih lembut daripada kau" lanjutnya. Abu Bakar menjawab dengan bertanya, "Engkau tahu siapa yang biasa menyuapimu?" Abu Bakar melanjutkan perkataannya. "Dialah Muhammad, Rasulullah. Kini beliau telah wafat. Maka aku datang menggantikan beliau."Terhenyaklah si pengemis Yahudi itu. Ia terkejut bukan main. Serta merta ia menangis. Air matanya deras mengalir di pipinya. Beberapa saat kemudian, dia pun menyatakan dirinya masuk Islam.

MENANG TANPA PERLAWANAN

Penggalan kisah di atas menginsyafkan bahwa untuk mengatasi lawan tanpa harus mengadakan perlawanan. Bagaimana memenangkan sebuah pertempuran tanpa perkelahian. Dan itulah yang dinamakan kelembutan. Ada yang mengatakan bahwa lemah lembut tapi benarkah yang lembut itu lemah ??? Tidak !!! Sejarah mencatat bahwa memenangkan hati, tidak bisa dilakukan dengan hujjah dan argumen walau argumen itu sangat cerdas. Ingat manusia memiliki kecenderungan untuk defense ( mempertahankan diri ) dari serangan apapun termasuk serangan secara psikis. Seperti Musa yang beradu debat dengan Fir'aun meski logika nya benar dengan argumentasi yang kuat, tapi tetap saja tidak mampu membuat Fir'aun beriman atau Ibrahim dengan Namrud dan pengikutnya. Tapi sejarah dengan shahih mencatat islamnya Umar dan islamnya pengemis yahudi buta, renta dan lumpuh tanpa perlawanan, tanpa perdebatan, secara ikhlas bersyahadat. Itulah yang kita sebut KELEMBUTAN, sebuah kekuatan tersembunyi yang tidak terpatahkan. Manusia memiliki kecenderungan defense atau mempertahankan diri bila mendapatkan serangan psikis. Maka dalam mendidik, men tarbiyah memiliki kaidah-kaidah berupa mengikat hati sebelum menjelaskan, membesarkan hati sebelum memberi ancaman, dan mendidik bukan menelanjangi. Konsep-konsep inilah dibuat karena manusia sangat menyukai bila diperlakukan secara hormat dan dihargai. Ingat hierarchy needs theory Abraham Maslow, kebutuhan yang ke empat pada setiap manusia adalah kebutuhan untuk di hargai (Self Esteem need ). Maka seorang pelaku dakwah, dalam melaksanakan tugasnya haruslah mampu memberikan penghargaan terhadap adho' atau objek dakwahnya. Pemberian penghargan yang tulus inilah yang kita sebut dengan kelembutan, memuliakannya sebagai mana seorang manusia. Tentunya memuliakan berdasarkan aturan dan syariat yang berlaku.


"Maka disebabkan atas rahmat Allah lah, kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap kasar lagi berhati keras, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu."( QS. Ali imran : 159 )


KELEMBUTAN BUKANLAH KELEMAHAN


Lemah lembut begitu mungkin kita menyebutnya. Mungkin karena kelembutan nyaris tanpa daya, sehingga terkesan lemah dan tidak memiliki tenaga. Padahal kelembutan adalah sebuah kekuatan dasyat karena kelembutan adalah bersumber dari Allah yang Maha Hebat Luar Biasa. Apakah masih kita menganggapnya sebuah kelemahan? Mungkin itu kelembutan yang salah karena tidak didasari akidah yang benar, sehingga kelembutan itu terasa begitu lemah. Jika kelembutan dipadu dengan iman maka hasilnya adalah kekuatan dasyat yang mambu membuat kita memenangkan tanpa harus berjibaku dalam perlawanan. Dan buah dari manisnya iman, saya meminjam istilah dari ustadz Salim A Fillah bahwa laksana buah-buahan yang manis, harum, dan lembut yang selalu ada di setiap musim dan kita tinggal membuka mulut saja tanpa mengunyah kembali untuk dapat menikmatinya .

Maka sudah menjadi konsekuensi sebuah iman untuk berlaku lembut. Baik dalam tutur kata maupun sikap dan perilaku. Seperti hadits yang berbunyi Diriwayatkan dari Abu Syuraih Al Khuza'iy ra, nabi bersabda : Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia berbuat baik kepada saudaranya, Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia memuliakan tamunya, Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka dia berbicara yang baik atau diam" ( HR. Muslim )

Disimpulkan bahwa kelembutan bukanlah kelemahan, lawan dari LEMBUT adalah KERAS. Keras nya hati yang membuat manusia berpaling. Biasanya kerasnya hati ditandai dan dimiliki oleh seorang pemarah. Maka Rasulullah pun mewasiatkan hingga tiga kali ketika ada seorang sahabat yang bertanya untuk meminta wasiat kehidupan. Beliau membeti wasiat "Laa Taghdhob....." Jangan marah. Jika kelembutan, adalah sebuah kekuatan maka sebaliknya pulalah kekerasan harti adalah sebuah kelemahan, orang yang mudah marah pada dasarnya orang yang lemah karena dia telah dikalahkan tanpa perlawanan oleh musuh-musuhnya. Ketika orang tersebut dalam keadaan marah, maka logikanya untuk berfikir jernih tertutup. Yang bermain padanya adalsh fungsi afeksi atau emosi, sehingga keputusan-keputusan yang diambil tidak akan menjawab masalah bahkan menimbulksan masalah baru. Sementera KELEMBUTAN menghadirkan ketenangan dan kejernihan hati serta pikiran, jika dalam bahasa neurolinguistik ketenangan adalah pada gelombang otak Alpha saat itu otak mampu berfikir jernih dan menghasilkan ide-ide cemerlang dan kusyu'. Maka, kesuksesan selalu mendatangi orang-orang yang mampu bersikap lembut dan memiliki ketenanganan, yang membuatnya memenangkan tanpa perlawanan.

Wallahu a'lamu bishawab

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline