Membaca Al-Qur'an adalah ibadah, begitu juga menghafalnya, jika dilakukan dengan ikhlas karena Allah bukan untuk mengharapkan pujian di dunia. Salah satu keutamaan seorang penghafal Al Qur'an adalah ia akan memiliki kedudukan di surga sesuai dengan banyaknya ayat yang ia hafal.
Hal ini selaras dengan hadis Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, "Ditawarkan kepada penghafal Al Qur'an, "Baca dan naiklah ke tingkat berikutnya. Baca dengan tartil sebagaimana dulu kamu mentartilkannya di dunia. Sesungguhnya kedudukanmu di surga setingkat dengan banyaknya ayat yang kamu hafal." Hadis Riwayat Abu Daud 1466, Turmudzi 3162 dan di shahihkan oleh al-Albani.
Untuk dapat membaca Al Qur'an, ia harus paham membaca aksara arab, karena Al Qur'an berbahasa arab. Salah satu kitab yang biasa dipakai untuk mempelajarinya adalah Iqro', yang terdiri dari 6 jilid. Maka, standar ia bisa membaca Al Qur'an, jika ia telah menamatkannya dengan rekomendasi seorang guru.
Jika membaca Al Qur'an seorang diharuskan telah menyelesaikan pembelajaran kitab Iqro'nya, lantas apakah seorang yang akan menghafal Al Qur'an diharuskan juga sudah paham ilmu bahasa arab?
Dr. Rizki Gumilar, M.A, Dosen STDI Imam Syafi'i Jember, menjelaskan melalui kanal youtube yufid edu (9/1/2023), bahwa berbeda antara seorang yang menghafal Al-Qur'an dan faham bahasa arab dengan seorang yang tidak menguasai ilmu bahasa arab.
"Maka yang bisa bahasa arab, jauh lebih cepat dalam menghafal daripada yang tidak bisa. Mengapa? Karena dia menghafal Al-Qur'an melalui 2 jalur, yaitu jalur lafaz dan jalur makna. Berbeda dengan mereka yang nol bahasa arab, mereka harus harus lebih banyak mengulang hafalan. Mungkin 20 kali atau 30 kali pengulangan baru dia bisa menghafalnya." Terangnya.
Ia juga menambahkan, ilmu bahasa arab sebagai alat untuk mengaudit kesalahan hafalan. Maka seorang yang menghafal Al-Qur'an dengan lafaz saja, lantas ketika ia menemui kesalahan, maka akan sulitlah baginya untuk memperbaiki. Karena ia tidak memiliki alat untuk memeriksanya.
Dalam mempelajari bahasa arab, pelajar akan memahami perubahan baris akhir pada kata yang disebabkan adanya perbedaan amil yang masuk pada kata tersebut, baik secara lafaz maupun perkiraan (ada perubahan namun tidak nampak). Inilah yang disebut dengan i'rob. Misalkan kata tersebut harus berbaris fathah, kasroh, atau dhommah. Adapun amil adalah lafaz yang mengubah atau mempengaruhi akhir suatu kata.
"Lafaz dalam Al Qur'an itu banyak yang mirip. Kalau ia tidak paham i'rob (perubahan baris akhir pada kata dalam bahasa arab), maka bisa jadi bacaannya akan tertukar antara satu dengan yang lainnya." lanjutnya, yang juga seorang pengajar di International Open University.