Lihat ke Halaman Asli

Ardi

Guru

Cukupkah Guru Saja yang Berperan Membangun Karakter Siswa?

Diperbarui: 4 Oktober 2022   18:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi guru mengajarkan siswa dalam rangka membangun karakter siswa. Sumber: Antara Foto/Novrian Arbi via Kompas.com

Selain menjabarkan materi pelajaran, guru juga dituntut untuk bisa menularkan karakter baik kepada anak didik. Namun, cukupkah hanya guru saja yang berpengaruh dalam membangun karakter siswa? Tentu tidak. Karena guru hanya bertatap muka dengan siswa saat berada di sekolah saja. Setelah mereka pulang sekolah, guru tak lagi menjumpainya.

Maka peran orangtua juga diperlukan disini. Guru dan orangtua haruslah sekata dalam membina anak didik. Artinya, jika sekolah memberi sanksi kepada anaknya atas pelanggaran yang dilakukan, hendaknyalah orangtua legowo dengan tindakan itu. Bukan malah tidak terima karena anaknya diberikan hukuman di sekolah.

Hal-hal semacam inilah nantinya yang mempengaruhi karakter siswa menjadi tidak disiplin. Karena ia menganggap bahwa orangtuanya akan membelanya di sekolah jika ia melakukan pelanggaran. Oleh sebab itu, sekali lagi bahwa orangtua hendaklah bersikap kooperatif terhadap penegakan kedisiplinan di sekolah demi tercapainya tujuan bersama, yaitu mendidik sang anak.

Lalu, apa saja yang dapat dilakukan guru untuk mempengaruhi karakter anak didiknya?

Pertama, menjadi contoh. Ungkapan yang sangat familiar kita dengar adalah "guru itu digugu dan ditiru" artinya adalah guru sebagai 'role model' bagi siswa. Oleh karenanya fikirkan dulu apa yang akan Anda lakukan sebelum melakukannnya. Apakah hal itu baik dilihat siswa atau tidak. Karena hal itu mempengaruhi pembentukan karakternya.

Kedua, menjadi apresiator. Hendaknyalah Anda tidak hanya menghargai siswa yang berprestasi saja. Tapi semua perlu Anda apresiasi. Atas proses yang ia lakukan walaupun hasilnya gagal. Hargailah kerja kerasnya dalam mengerjakan tugas akademisnya. Mengapresiasi siswa adalah bentuk perhatian Anda untuknya. Sehingga iapun merasa berharga dibanding teman-teman lainnya yang lebih unggul.

Ketiga, mengajarkan nilai moral setiap Anda masuk mengajar. Luangkanlah waktu Anda lima sampai sepuluh menit untuk memberikan nasehat. Sebelum memulai belajar, atau Anda sisipkan pada pertengahan materi, atau di akhir pembelajaran sebelum Anda meninggalkan kelas. Jangan pernah bosan untuk memberi nasehat, karena boleh jadi dari nasehat Anda yang entah keberapa itulah yang menyadarkannya.  

Keempat, bersikap jujur dan terbuka pada kesalahan. Manusia tidak ada yang sempurna. Guru juga seorang manusia yang tak luput dari sebuah kesalahan. Maka jika Anda salah, jujurlah atas kesalahan Anda. Harapannya bahwa siswa akan berlaku jujur juga atas kesalahannya. Misalkan Anda telat masuk dalam kelas karena tadi di perjalanan tengah hujan, sehingga jalanan jadi macet. Banyak yang menggunakan mobil saat hujan.

Kelima, mengajarkan sopan santun. Bisa jadi siswa yang berlaku tidak sopan itu karena ia tidak tahu caranya bersopan. Ia melakukannya karena melihat sekitarnya yang melakukan tindakan negatif, sehingga ia merasa hal itu lumrah untuk dilakukan.

Pixabay

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline