Lihat ke Halaman Asli

Ardi

Guru

Tahapan Mendonor Darah

Diperbarui: 21 Mei 2017   17:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Kegiatan donor darah acap kali kita temukan di beberapa tempat umum, baik kita jumpai secara langsung maupun saat kita melintas di suatu tempat yang sedang menyelenggaran kegiatan tersebut. Tapi masih banyak masyarakat yang belum mengetahui manfaat donor darah. Sedikit rasa khawatir itu ada. Kurangnya pengetahuan akan donor darah dan masih sedikit komunitas yang menggembar-gemborkanpentingnya donor darah membuat masih terbilang sedikit masyarakat yang mengetahuinya. Disini saya akan memaparkan pengalaman saya mengikuti kegiatan donor darah.

Berawal dari rasa penasaran saya akan apa dan bagaimana rasanya donor darah itu, saya memberanikan diri untuk melakukan donor darah. Langkah ini sudah berada di depan meja administrasi untuk melakukan pendaftaran. Petugas medis memberikan secarik kertas yang berisi formulir data diri, “yang atas diisi tanggal hari ini, yang bawah diisi tanggal lahirnya ya, Mas” info petugas medis dengan santun sambil mengarahkan dimana letak tanggal yang harus diisi. Tidak semua yang saya isi, karena sebagiannya itu diisi oleh petugas, seperti golongan darah, tekanan darah dan lain sebagainya. Selanjutnya tensi darah, jika tekanan darah kita normal, maka boleh melanjutkan donor darah. Ada juga beberapa ketentuan lain untuk dibolehkan menjadi pendonor, seperti usia minimal 17 tahun, tidak mengkonsumsi obat selama tiga hari sebelumnya, juga tidak mengantuk.

Selanjutnya, ujung jari tengah saya di tusuk menggunakan alat medis steril guna mendapatkan golongan darah.  Ia memberikan dua botol kecil dan satu kantong darah beserta selangnya. Dua botol kecil itu bertujuan untuk pemeriksaan darah di laboratorium, sementara kantong darah itu untuk wadah darah yang kita berikan dan masing-masing sudah diberi label agar tidak tertukar. Saya pun beranjak ke tempat berbaring, menunggu sebentar hingga pendonor sebelumnya selesai. Sebelumnya petugas medis menanyakan, apakah sudah pernah donor darah sebelumnya, saya tidak tahu apakah ini ada hubungannya dengan lengan kanan atau lengan kiri yang akan di tusuk, pasalnya saya melihat pendonor disebelah kiri saya, di tusuk pada lengan kanannya dan itu belum sempat saya tanyakan apakah ada bedanya diambil darahnya dari lengan kiri atau kanan. Jari-jari tangan kiri saya diminta untuk dikepal, lalu di tusuk. Cuss, terasa sekali saat jarum itu dimasukkan.

Setelah itu diminta untuk membuka kepalan tangan itu secara perlahan. Sakit? Sedikit. Kadang, rasa sakit itu ditimbulkan oleh pikiran kita yang merasa khawatir dan takut untuk disuntik. Itu sebabnya timbul rasa sakit itu, tapi jika kita berpikir ini tidak akan sakit, maka rasa sakit yang munculpun akan terasa biasa saja kita merasakan.

Pengambilan darah sebanyak 300cc itu memakan waktu sekitar 7 menit. Sambil menunggu itu selesai, saya sedikit bertanya-tanya kepada petugas medisnya, seperti; berapa cc yang diambil,  mereka dari rumah sakit mana, apa efek yang terjadi setelah donor darah, apa yang tidak boleh dilakukan setelah melakukan donor darah dan bagaimana jika dalam darah itu terindikasi virus. Dari berberapa pertanyaan yang saya ajukan, saya mendapatkan beberapa informasi bahwa mereka rutin melakukan kegiatan donor darah lima bulan sekali di tempat saya mendonorkan darah itu. Petugas itu juga memberitahu beberapa titik yang sering mereka kunjungi untuk melakukan donor darah, dimana sebelumnya pihak rumah sakit sudah bekerja sama dengan penyelenggara kegiatan.

Petugas itu melanjutkan penjelasannya bahwa tidak ada efek samping apa-apa yang terjadi, setelah donor darah malah akan meningkatkan nafsu makan, tidur juga akan lebih enak, tubuh kita akan memproduksi darah baru, zat-zat kotor dalam darah kita keluar dan akan diganti dengan yang baru. Darah yang telah didapat dari si pendonor tidak langsung bisa dipakai saat ada pasien rumah sakit yang membutuhkan darah, melainkan diperiksa dahulu di laboratorium.

Hasil pemeriksaannya akan diberitahukan melalui telephon. Pihak rumah sakit akan memberi rujukan berobat jika terdeteksi penyakit dalam darah kita. Jika tidak ada konfirmasi dari pihak rumah sakit, maka darah kita dinyatakan bersih atau bisa dipakai kepada orang yang membutuhkan. Dan itu artinya tidak ada gejala penyakit berbahaya yang diderita. Nah, disinilah keuntungan pendonor, yaitu dia akan mengetahui bahwa dirinya punya penyakit berbahaya atau tidak seperti, HIV atau Hepatitis B. Jika saja kita tidak ikut program donor darah, maka untuk mengetahui adanya penyakit dengan periksa darah di laboratorium akan dikenai biaya.

Alhamdulillah semua berjalan dengan lancar. Petugas medis melepas jarum. Ada buah tangan yang diberikan petugas medis sebagai ucapan terima kasih, yaitu susu dalam kemasan instan, juga beberapa makanan ringan dan dua tablet penambah darah. Mungkin akan berbeda di setiap pihak penyelenggara. Petugas medis berpesan agar jangan dahulu tidur hingga tiga jam kedepan. Boleh berbaring santai asal jangan ditutup matanya, karena jantungnya masih menstabilkan keadaan tubuh yang baru saja diambil darahnya. Sekian. Sebelumnya saya mohon maaf jika ada informasi kesehatan yang salah, karena saya bukan ahli kesehatan. Intinya berbagi kepada sesama adalah pekerjaan mulia, apalagi dengan darah yang kita sumbangkan dapat menyelamatkan jiwa manusia. Sungguh mulia sekali. Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline