Lihat ke Halaman Asli

Strategi Politik dan Diplomasi Ali bin Abi Thalib

Diperbarui: 2 November 2019   11:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ali bin Abi Thalib merupakan keturunan  dari Bani Hasyim. Ia dilahirkan dihalaman ka'bah dan sejak kecil sudah diasuh oleh Khadijah, istri pertama Rasulullah. Pada saat pertama kali Rasulullah menyeru kerabat untuk memeluk agama islam. Pada saat itu Ali masih sangatlah muda, sangat lemah dan kurus, betisnya kecil dan matanya masih sering menangis.

Dari empat keluarga yang memiliki hubungan darah dengan Rasulullah yang berkumpul di rumahnya, hanya Ali yang merespon positif ajakan Rasulullah. Tiga kali Rasulullah memintanya untuk duduk, namun tiga kali pula dia berdiri dan mengulangi pembelaanya. Dan ia berkata bahwa barang siapa yang mengganggu Rasulullah maka ia tidak segan-segan untuk merontokkan giginya, mencongkel matanya, meremukkan tulang betisnya. Dan merobek-robek perutnya.

Ali hidup bersama Rasululah di Makkah dan dia memiliki kedudukan tersendiri karena ia bergaul secara dekat dengan Rasulullah baik sebelum maupun setelah Islam. Dia adalah saksi mata darri semua kejadian. Gurunya tak lain adalah Rasulullah sendiri. Pada saat Abu bakar menjadi Khalifah di usiannya yang ke 60 tahu, Ali saat itu adalah seorang pemuda yang berusia tiga puluh tahunan. Orang disekelilingnya selalu meminta pendapatnya. Dia tetap menyatakan kesetiaanya kepada ketiga khalifah dan mengakui abilitasnya da integritasnya. Ali memiliki kontribusi yang besar dalam usaha konsolidasi islam.

Andaikan bukan karena sikap kooperatifny, islam akan dirundung oleh perang saudara sejak awal lahirnya. Ali sepenuhnya sadar dengan kepercayaan yang diberikan oleh Rasulullah. Dia dianggapa sebagai salah seorang yang paling pantas untuk menjadi khalifah. Akan tetapi ia menolak terhadap tawaran yang diberikan oleh Abbas, paman nabi sekaligus pamannya dan juga Abu sufyan yang secara sukarela menyatakan dukungan dan kesetiaanya kepada Ali untuk menjadi khalifah.  Andaikata Ali mau menjadi calon, maka kesempatan untuk menjadi khalifah sangatlah besar

DIPLOMASI ALI BIN ABI THALIB

Diplomasi ketika Perang Unta

Diplomasi dan perundingan ini dilakukan ketika ada ketidaksinambunagn informasi yang ada. Ketika itu penduduk bashrah mendesak Ali untuk mengungkap siapa dalang dari pembunuhan Utsman bin Affan. Maka beberapa oknum dari penduduk bashrah ini memanfaatkan keadaan tersebut. Dengan memanfaatkan Aisyah sebagai tamengnya dan membuatnya seakan-akan Aisyah adalah aktor propaganda dalam kelompok yang mendesak Ali untuk menemukan pembunuh Utsman. Dan ketika itu Aisyah tidak mengetahui bagaimana yang terjadi sehingga ketika ia menerima undangan untuk datang ke Bashrah, ia disambut oleh orang-orang yang berusaha memanfaatkan kedatanganya ini demi maksud kepentingan pribadi.

Kedatangan Aisyah ke Bashrah adalah untuk Silahturahmi bukan untuk berperang. Ketika itu Ali juga bingung dengan informasi yang ia terima, yang mana menyatakan bahwa Aisyah, Zubair, dan Thalhah berniat untuk makar. Maka datangnlah Ali bersama bala tentara untuk memastikan kebenaran itu. Sesampainnya di Bashrah, alangkah terkejutnya Aisyah ketika Ali membawa tentara dengan jumlah yang banyak. Sehingga Aisyah dibawa oleh penduduk Bashrah dengan mengendarai unta bersama Pasukan-pasukan dari wilayah bashrah. Disinilah titik ketidaksinambungannya. Ada oknum yang ingin mengadu domba umat islam. Ketika Ali dan Aisyah bertemu, tidak ada peperangan yang terjadi, disana malah terjadi silahturahmi yang hangat. Akan tetapi ada pihak yang tidak menyukai hal ini. Mereka akhirnya menyamar menjadi pasukan di masing-masing kubu dan menyerang kedua pasukan Ali dan Aisyah sehingga orang-orang mengira Ali dan Aisyah berperang. Disana Zubair dan Thalhah terbunuh karena tidak melawan.

Diplomasi Ali dan Muawiyah

Ketika itu Muawiyah mendesak Ali untuk mengungkap siapa aktor yang menewaskan Utsman bin Affan. Melalui surat yang isinya provokatif. Muawiyah mendesak Ali untuk mempercepat langkah tersebut. Surat tersebut dibawa oleh Abu Muslim. Abu Muslim melihat sendiri keadaan yang terjadi di Madinah, sehingga ia ragu masalah ini dapat terselasaikan. Sehingga ia menunggu surat balasan  dari Ali. Balasan tersebut berisi tentang penjelasan mengenai kereta islam yang harus sesuai dengan jalurnya.

Ia juga menjelaskan bahwa ia adalah orang yang pertama kali masuk Islam dan mengikuti perjalanan hijrah rasulullah dari Mekkah ke Madinah sehingga ia bisa sampai seperti ini. Bahkan ayah Muawiyah sendiri mendukung Ali  ketika persoalan pengganti Rasulullah. Ali selalu mempertimbangkan hak dan kewajiban islam, keadilan dan kebeneran sehingga banyak menuai kritikan. Ali selalu menjalankan prinsip-prinsip yang diajarkan oleh Rasulullah. Maka banyak orang-orang jahat yang memusuhi dirinya. Dan bahkan ada orang-orang fanatic (Khawarij) yang berusaha membunuhnya. Ali sering berkata, berbuat adilah kepada manusia sebagaimana adil terhadap diri sendiri dan kepada kerabat

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline