Lihat ke Halaman Asli

Rukun Tetangga, Rukun Warga, Rukun Antar Umat Beragama

Diperbarui: 1 Maret 2016   21:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="www.merdeka.com"][/caption]Sebuah pranata sosial yang terkecil sebuah desa adalah RT alias rukun tetangga. Saya berpikir, kenapa namanya rukun tetangga? Kenapa bukan kumpulan tetangga, atau yang lainnya. Diatas RT ada RW atau rukun warga. Istilah RT dan RW ini, ternyata sudah ada ketika jaman pemerintahan Jepang. Jepang yang menduduki Indonesia ketika itu, mengenalkan istilah RT / RW untuk mengetatkan pengendalian Jepang. Terlepas apa tujuannya, yang menarik perhatian saya adalah kenapa namanya ‘Rukun’.

Bisa jadi, RT ini mengandung makna bahwa kita harus selalu hidup rukun dari keluarga, menyebar hingga ke level tetangga (RT). Jika ini bias kita lakukan, kemudian mulai sebarkan ke level warga (RW). Terus menyebar hingga ke level yang terbesar. Ya…karena kerukunan sebenarnya memang sudah ada pada karakter masyarakat kita sejak dulu. Rukun disini bisa dimaknai dengan istilah gotong royong. Saling membantu tetangga atau warga yang membutuhkan pertolongan. Secara teori, kita termasuk masyarakat sosial, yang memang tidak bias dilepaskan dengan manusia yang lain. Karena itulah hidup bertetangga, harussalingmembantu, salingmenolong, dan salingmenghargai.

Indonesia, sejak lahir telah menjadi negeri yang penuh keragaman. Sekitar 17 ribu pulau dan 700 bahasa ada di Negara ini. Itu artinya apa? Mau nyari orang model apa pun ada di negeri ini. Orang dengan berbagai macam karakternya, karena mereka mempunyai budaya masing-masing. Dan Indonesia, telah mampu menyatukan semua perbedaan itu menjadi satu, dalam wadah Negara kesatuan republik Indonesia (NKRI). Itulah Indonesia. Negara yang hidup rukun melalui Bhineka Tunggal Ika. Berbeda-beda tetapi tetap satu.

Dalam Islam, juga disarankan agar saling menolong dan saling menghargai. Mari kita lihat bagaimana para perilaku Nabi. Tidak ada satupun Nabi yang mengajarkan kekerasan. Semuanya ingin mewujudkan kedamaian di eranya masing-masing. Kekerasan tidak dilawan dengan kekerasan. Contoh yang paling sering disebut adalah, ketika Rasulullah SAW dilempari batu bahkan diludahi olehmusuh-musuhnya.  Muhammad justru mendoakan agar yang bersangkutan segera sadar. Bahkan ketika musuhnya sakit, orang yang memukulnya itu justru dijenguk dan didoakan. Itulah contoh hidup rukun antar sesama.

Bagaimana kerukunan di era sekarang, yang serba modern ini? Pandangan subyektif saya, kerukunan nampaknya sudah mulai kendur, khususnya di masyarakat perkotaan. Baik itu dari level RT, RW. Kesibukan hidup di kota, menjadi ‘pembenaran’ mulai melemahnya komunikasi antar tetangga dan warga. Setiap kali ada pertemuan warga, tidak pernah dating dengan alas an sibuk. Akibatnya apa? Setia pada orang ‘asing’ tinggal di lingkungan baru, kita tetap cuek bebek. Baru nanti ketika kita butuh pertolongan, baru kebingungan sendiri.

Awal tahun 2016 kemarin, Jakarta kembali di bom oleh kelompok teroris, yang diduga pimpinan Bahrun Naim, yang konon saat ini masih berada di Suriah. Tindak kekerasan ini tentu menciderai kerukunan antar umat yang selama ini terjalin. Mari kita belajar dari nilai luhur warisan nenek moyang. Lihatlah Pancasila. Berkeyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah dasarnya. Jika dasarnya sudah kuat, hubungan antar manusia juga menjadi lebih indah, melalui ‘Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab’. Jika dua sila ini bias terlewati, yang terjadi adalah ‘Persatuan Indonesia’.

Memang, dalam berinteraksi terkadang suka terjadi perbedaan pendapat, bahkan konflik. Namun negeri ini punya solusinya. Lihat sila keempat. ‘Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.’ Musyawarahlah untuk mencapai mufakat. Dan jika kita bisa melewatinya, maka ‘Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia’ akan terwujud. Semoga bisa menjadi renungan bersama. Salam

 

 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline