Lihat ke Halaman Asli

Anak, Bapak, Aku?

Diperbarui: 26 Juni 2015   07:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tidak ada apa-apa, semua baik-baik saja. Tak apa bukan? Kalau minggu depan masih belum bisa apa kau masih bisa hidup? Aku ini sebenarnya tak tega padamu. Begini, bukan aku tak menyayangi kamu namun kau tahu sendiri. Dewasalah! Sudah? Belum? Aku tak perduli, dewasalah!

Kau sudah lihat sendiri kenyataannya. Kau tahu aku, kau tahu sifatku. Aku yakin kau tak butuh penjelasan dariku tentang bagaimana aku menghadapi masalah ini. Kau tidak merasa dikorbankan bukan? Iya? Jangan! Dewasalah! Semua perlu pengorbanan. Kau tak melihat nya? Itu, lelaki yang berada di depanmu itu. Apa kau tak iba padanya?

Sudahlah, kupinjam dulu semua bajumu. Aku tak rela, aku tak tega. Apa kau tega melihat sepatu kulitnya kotor terciprat lumpur? Sekarang kan sedang musim hujan, paling tidak bajumu bisa digunakan untuk lap sepatunya. Tak usah, kau tak perlu melakukan itu. Biar aku saja yang mengelap sepatunya sampai kinclong.

Oya, nanti mungkin ada lumpur yang lengket dan menjadi noda di baju-bajumu. Tak masalah bukan? Begini, selain menjadi lap, bajumu juga sangat berguna untuk menutupi kubangan-kubangan lumpur. Jadi sementara kau tak usah pakai baju ya? Tak masalah bukan?

Sudah, aku sedang sibuk. Kau pasti tak ingin berbicara apa-apa kan? Baiklah. Oya, minggu depan belum bisa aku kembalikan. Kalau kau sangat ingin berpakaian, carilah sendiri. Aku pergi dulu. Tunggu, mungkin lebih baik bajumu tak usah ku kembalikan saja ya? Kau terlihat tak berkeberatan. Iya bukan? Kalau begitu, jangan bahas masalah bajumu lagi. Aku tak mau memikirkannya. Kau pikir saja sendiri.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline