Soeharto, Presiden kedua Republik Indonesia, mengemban tugas dan tanggung jawabnya dengan penuh dedikasi dan pengabdian selama lebih dari tiga dekade.
Salah satu aspek menarik dari kepemimpinan Soeharto adalah penggunaannya yang konsisten terhadap bahasa Indonesia dalam berkomunikasi, terutama dalam hubungan diplomatiknya.
Penggunaan bahasa Indonesia oleh Soeharto dalam berbagai forum internasional dan pertemuan bilateral menunjukkan komitmen dan nasionalisme beliau terhadap identitas bangsa.
Soeharto percaya bahwa bahasa adalah alat penting untuk mengekspresikan identitas, kedaulatan, dan harga diri sebuah bangsa.
Dengan berbicara dalam bahasa Indonesia, Soeharto ingin menegaskan bahwa Indonesia adalah bangsa yang merdeka dan memiliki martabat.
Soeharto menekankan kepentingan diplomasi budaya melalui bahasa. Bahasa Indonesia menjadi alat diplomasi soft power yang mampu menumbuhkan rasa simpati dan mengukuhkan hubungan bilateral dengan negara-negara lain.
Ini terlihat dari upaya Soeharto memperkenalkan dan mempromosikan kebudayaan dan bahasa Indonesia di forum internasional, mengadakan pertukaran budaya, dan menekankan pentingnya kerjasama antarbangsa.
Dalam hubungan diplomatiknya, Soeharto menggunakan bahasa Indonesia sebagai sarana memperkuat citra Indonesia di mata dunia.
Misalnya, dalam pertemuan dengan pemimpin negara-negara sahabat, beliau secara konsisten menggunakan bahasa Indonesia.
Ini tidak hanya menunjukkan rasa bangga terhadap bahasa dan budaya sendiri, tetapi juga membantu membangun citra positif Indonesia sebagai negara yang memiliki keunikan dan keberagaman budaya.