Lihat ke Halaman Asli

Mengedepankan Sikap Nasionalisme di Era Digital dengan Memerangi Hoax dan Ujaran Kebencian

Diperbarui: 11 November 2022   09:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Isu politik memang menjadi isu yang sangat hangat dan selalu baru dari waktu ke waktu. Bahkan dalam praktiknya bisa mengarah pada hal yang tidak terduga. Konsep hoax dan ujaran kebencian merupakan sesuatu yang tentunya tidak terlepas dari penggambaran kepentingan politik itu sendiri. Bahkan di era politik kontemporer saat ini, hoax dan ujaran kebencian adalah sesuatu yang sengaja dilakukan untuk menarik perhatian publik dan masyarakat sehingga dapat lebih mempertimbangkan lagi hak suara yang dimiliki oleh masing-masing masyarakat. Tentang menjatuhkan pesaing dan juga mendapatkan positioning politik untuk kemudian mampu mengambil hati masyarakta. Meski terkadang konsep tersebut sangat riskan dan berbahaya namun hoax dan ujaran kebecnian faktanya berhasil untuk mendapatkan suatu positioning politik yang sesuai. (Kusuma & Lubis, 2016)

Tentu saja upaya yang dapat dilakukan untuk tetap sadar politik, mengikuti perkembangan tetapi juga aman dan tidak terintimidasi oleh hoax atau ujaran kebencian yang merajalela, maka yang perlu dilakukan adalah dengan berpikir kritis dan memiliki kemampuan literasi yang positif. . Berpikir kritis adalah model untuk dapat berpikir secara mendalam dan produktif. Dan yang terpenting adalah memiliki kesadaran penuh. (Langer, 2010)

Dengan literasi digital yang positif dan membangun komunikasi yang baik, maka dapat lebih menerima adanya perbedaan serta melihat suatu sudut pandang degan cara yang beragam. Selain itu publik pun dapat memilah da memilih mengenai media yang beredar dengan perspektif yang lebih kritis, memiliki validitas yang sesuai dan tentunya mampu untuk memiliki segi penerimaan yang lebih positif. Sehinga seseorang mampu lebih selektif tentang apa yang harus dipercaya, dan apa yang harus diabaikan.

Kemampuan literasi digital yang positif dapat membantu masyarakat juga memperoleh pandangan yang positif sehingga kemampuan dan wawasan yang dimiliki masyarakat juga meningkat. Selain itu, masyarakat tidak mudah tersulut emosi dan menimbulkan konflik yang mendalam atas permasalahan yang berkaitan dengan isu politik terkini sehingga masyarakat dapat menentukan hak pilih sesuai pilihan yang terbaik tanpa diganggu dan diintervensi oleh berbagai macam ujaran kebencian dan hoax yang beredar, yang terpenting adaah tentang dimana hati kecil kita meletakkan kepercayaan.

Sudah saatnya kita menjadi generasi yang mengikuti perkembangan politik namun tetap bisa menjadi pribadi yang memiliki prinsip dalam berpolitik. Politik di Indonesia sangat membutuhkan peran pemuda serta generasi muda untuk dapat menciptakan situasi politik Indonesia yang modern, bersih, dan jujur. Permasalahan yang berkaitan dengan ujaran kebencian dan hoax bukanlah langkah efektif untuk mendapatkan suara. Masyrakat sangat membutuhkan strategi yang bersih dan juga menarik perhatian terlebih dengan program-program yang berdedikasi dengan Langkah-langkah positif. Sehingga untuk dapat mengimplementasikannya, yang diperlukan adalah menggali proses literasi digital yang tepat, berpikir positif dan juga mendukung elemen-elemen yang baik untuk proses kampanye sehat menuju negara yang gemilang.

Mengingat bahaya ujaran kebencian dan hoax yang terjadi akan mempengaruhi posisi politik, maka sangat perlu dilakukan langkah atau upaya untuk mengatasinya dengan cara yang terbaik. Salah satu solusi yang dapat diimplementasikan adalah dengan menciptakan literasi media digital yang positif. Literasi media digital secara positif adalah kemampuan untuk dapat memahami dan memaknai berita dengan baik. Sehingga mampu membedakan berita yang berkaitan dengan ujaran kebencian atau memang berita yang berkaitan dengan pengungkapan fakta tertentu.

Dalam proses literasi media digital diperlukan kemampuan mengakses, menganalisis, dan berkomunikasi dengan baik. Kompetensi literasi media digital memiliki bagian yang lebih luas, yaitu terkait dengan adanya kapasitas yang tentunya dapat meningkatkan tingkat pemahaman terhadap isu, kesadaran terhadap isu, dan juga kritis untuk mencerna isu tersebut.

Tentunya dalam mencerna dan mencermati sebuah fenomena yang dapat menyulut api di benak masyarakat atau bisa disebut sebagai obor masyarakat, mengenai ujaran kebencian bahkan hoax, terlebih yang terjadi di tahun politik dan juga di era politik kontemporer, sikap kritis. Sangat diperlukan, dimana sikap yang kritis tersebut akan menghadirkan pemikiran-pemikiran secara  rasional yang menjadi bukti mengenai kemampuan literasi yang baik.

Seringkali isu yang menjadi panas dan berkobar adalah isu-isu yang berkaitan dengan agama maupun politik. Agama seringkali menjadi isu yang sangat sensitif. Di sisi lain, hal itu dapat menghancurkan kubu, dan bahkan menyebabkan konflik sosial.  Permasalahan dengan agama seringkali digunakan untuk mengubah arah masyarakat serta pandangan masyarakat terhadap posisi politik tertentu. Tentu saja, obor rakyat yang menyala karena termakan beriat hoax menunjukkan suatu fenomena terkait SARA yang selalu menjadi isu menarik dalam kontestasi politik. Fakta tersebut menggambarkan bahwa proses demokrasi di Indonesia sangat kental dengan identitas politik.  (Heryanto G, 2017)

Memang tahun-tahun politik dan markanya kasus hoaxs serta ujaran kebencian adalah paket yang sulit dipisahkan satu sama lain. Bahkan untuk bisa menertralisir keadaan, pemerintah seringkali harus memutus akses media sosial atau internet, agar masyarakat tidak terditsraksi dan terintervnesi atas tindakan yang membahayakan aspirasi yang masyarakat  miliki dikarenakan hoax dan ujaran kebencian terus menerus marak terjadi. Sayangnya, pembatasan interner dan akses media sosial tersebut cukup menyulitkan masyarakat, yang justru membawa permasalahan berkaitan dengan pembatasan kebebasan menyampaikan pendapat atau aspirasi.

Cerdas dan cermat tentang literasi media digital sangat perlu dilakukan, tidak hanya untuk kepentingan politik, tetapi juga tentang pengelolaan penggunaan media sosial yang baik dna cermat. Apabila hoax dan ujaran kebencian terus menerus mewarnai negeri ini maka siatuasi yang berkaitan dengan kerusuhan masal, dan berpotensi menghadirkan korban jiwa yang jiga dapat memecah belah Indonesia yang satu.(Sudibyo, 2019).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline