Lihat ke Halaman Asli

Ardhana Reswary

Entrepreneur; Mahasiswi Pascasarjana STP Trisakti

Mengapa Indonesia Membutuhkan Pariwisata Berkualitas?

Diperbarui: 26 April 2021   09:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Pandemi COVID-19 telah mengubah cara hidup masyarakat dan peluang usaha. Pada sektor pariwisata, kondisi ini memiliki dampak negatif dengan turunnya tingkat kunjungan wisata. Namun, juga ada dampak positifnya yakni membentuk pariwisata yang berkualitas (quality tourism). Pariwisata Indonesia ke depan itu seharusnya sudah tidak lagi dalam bentuk pariwisata masal (mass tourism), tetapi dalam bentuk quality tourism atau rombongan kecil yang tidak bergerombol. Hal ini sudah terjadi di beberapa negara saat ini.

Quality Tourism ini harus dijemput. Jadi bukan lagi mengejar tingkat kunjungan, melainkan kualitas kunjungan. Dulu trennya memang wisatawan datang ramai dengan agen perjalanan dan bisa berbondong-bondong. Ke depan, family tourism yang di dorong. Secara omzet, mereka yang datang berombongan tidak akan lama menghabiskan waktu, sementara wisata keluarga bisa berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan. Mereka fokus untuk menikmati keindahan alam, budaya dan lain sebagainya.

Secara perhitungan family tourism akan lebih banyak membelanjakan uang, baik itu untuk home stay atau berbelanja. Beda dengan wisatawan yang datang berombongan. Pengembangan quality tourism harus dianggap penting karena menurut data BPS Indonesia pada 2019 jumlah wisatawannya mencapai 16 juta orang, tetapi devisa yang dihasilkan di bawah 20 miliar US Dolar. Sedangkan Australia yang jumlah wisatawannya hanya 10 juta orang, dapat menghasilkan devisa sebesar 45 miliar US Dolar. Dari situ dapat disimpulan bahwa wisatawan yang berkualitas memegang peranan penting terhadap devisa pariwisata suatu negara. Kita perlu kembangkan kualitasnya (quality tourism) sehingga spending yang hanya 1.220 US Dollar per arrival atau disebut ASPA (Average Spending Per Arrival) menjadi meningkat melebihi 1.220 US Dollar.

Wisatawan yang berkualitas, merupakan wisatawan yang memiliki kecenderungan untuk tinggal lebih lama di suatu negara dan uang yang dihabiskannya pun juga banyak. Selain itu, Ketika wisatawan tersebut sudah pulang, ia ingin berwisata kembali ke negara tersebut. Atas dasar tersebut, Indonesia harus menawarkan keunikan dan keragaman budaya yang ada untuk menarik wisatawan ke Indonesia. Sebab, wisatawan membutuhkan pengalaman baru yang tidak bisa ia dapatkan di negara asalnya. Saya juga berharap para pelaku pariwisata Indonesia dapat menawarkan keunikan untuk menciptakan daya Tarik.


Penyelenggaraan Meeting Incentive Convention Exhibition (MICE) pun turut mendongkrak popularitas daerah Ketika didapuk menjadi tuan rumah event MICE berskala internasional. Hal ini pun berdampak signifikan pada pengembangan bisnis, sosial-budaya, dan Pendidikan. Selain itu, penelitian dari ICCA (International Congress and Convention Association) menyebutkan bahwasanya pengeluaran wisatawan MICE tercatat 53 persen lebih besar dibanding wisatawan leisure. Masa tinggal wisatawan MICE pun lebih lama dibanding wisatawan leisure, yakni rata-rata 5 hari. Berkaca pada data tersebut, MICE benar-benar berkontribusi besar atas perekonomian nasional dan dapat diandalkan sebagai quality tourism untuk membangun pariwisata Indonesia. Hal ini pun selaras dengan arahan Presiden RI, Joko Widodo, bahwa pembangunan pariwisata kini harus berlandaskan pada wisatawan yang berkualitas. Sudah tidak lagi pada banyaknya jumlah kunjungan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline