Lihat ke Halaman Asli

Mahasiswa MMD Bantu Petani & Peternak Desa Tumpakoyot Membuat Pupuk Kompos yang Siap Digunakan

Diperbarui: 4 Agustus 2023   20:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi MMD Kelompok 281

Desa Tumpakoyot memiliki potensi di bidang pertanian dan peternakan. Pertanian di Desa Tumpakoyot merupakan sektor yang menyumbang pendapatan terbesar masyarakat desa. Tebu merupakan komoditas yang paling unggul diantara yang lain seperti tanaman padi dan beberapa tanaman palawija. 

Selain itu di sektor peternakan, Desa Tumpakoyot telah mengembangkan ternak untuk dipelihara secara mandiri. Meskipun potensi di bidang peternakan belum terlalu besar, masyarakat Desa Tumpakoyot sudah menjadikan hewan ternak untuk dipelihara. Nantinya hewan ternak yang dipelihara tersebut bisa dimanfaatkan maupun dijual untuk meraup pendapatan.

Dengan adanya dua sektor yang potensial ini, menimbulkan ketersediaan pupuk yang terbatas dan tentunya akan menghasilkan limbah dari hasil pertanian dan peternakan yang bisa menimbulkan pencemaran lingkungan.

Oleh karena itu, Mahasiswa KKN atau Mahasiswa Membangun Desa Universitas Brawijaya Kelompok 281 bersama masyarakat yang tergabung dalam Kelompok Tani dan beberapa peternak di Desa Tumpakoyot melakukan pelatihan pembuatan pupuk kompos untuk mengatasi ketersediaan pupuk yang terbatas dan untuk mengurangi pencemaran akibat limbah yang dihasilkan dari sektor peternakan.

Kegiatan dilakukan di rumah Bapak Sagi selaku ketua RW 2 Desa Tumpakoyot pada hari Sabtu, 22 Juli 2023. Proses pembuatan pupuk kompos terbagi menjadi beberapa bagian. 

Pertama yaitu menyiapkan bahan utama berupa kotoran sapi yang telah melalui proses dikeringanginkan, bahan pengkaya berupa serasah kering, EM4, molase, dan air. 

Setelah semua bahan disiapkan, dilakukan pencacahan terhadap bahan padat yaitu kotoran sapi dan serasah kering kemudian mencampurkan bahan padat dan bahan cair. 

Bahan cair digunakan dengan perbandingan EM4, molase, dan air berurutan 1:1:50. Proses fermentasi kompos dilakukan beberapa bulan hingga mencapai hasil yang optimal. Pupuk kompos akan siap digunakan ketika mengalami perubahan warna menjadi menyerupai tanah, suhu mulai kembali normal, tekstur menyerupai tanah, dan berbau tidak menyengat.

"Masyarakat di Desa Tumpakoyot sebagian besar memiliki pemikiran yang didasarkan atas kebiasaan yang dilakukan, sehingga pemberian materi yang disertai dengan praktik langsung akan lebih efektif." kata ketua RW 2 Desa Tumpakoyot.

"Semoga kegiatan ini dapat meningkatkan wawasan masyarakat mengenai pengolahan limbah kotoran ternak menjadi pupuk untuk lahan pertanian, sehingga biaya operasional yang dikeluarkan untuk kegiatan pertanian dapat berkurang, serta meningkatkan peran aktif masyarakat dalam mengikuti kegiatan tertentu." kata salah satu perwakilan kelompok, Rafli.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline