Lihat ke Halaman Asli

Apakah Kita Guru yang Baik?

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhir-akhir ini saya tergelitik oleh ungkapan seorang teman guru yang menyindir saya karena seringnya saya meninggalkan kelas untuk mengikuti berbagai macam kegiatan di luar sekolah, apakah itu lomba guru, mengantar anak didik lomba, workshop, pelatihan, jadi juri lomba, mengurus proposal bantuan  dan kegiatan lain.  Agak kaget juga saya mendengar  ucapan temen guru tersebut karena tidak pernah saya sadari sebelumnya. (Terima kasih teman atas ingatan yang diberikan pada saya).  Saya dicap guru yang “baik” tetapi tidak baik buat murid. Untuk itu saya penasaran, apa sih kriteria guru yang baik? Ada yang unik di sekolah, yaitu siswa-siswa senang dengan guru A karena nilainya gampang dan tidak suka dengan guru B karena nilainya susah bahkan bisa tidak naik kelas. Apakah itu kriteria guru yang baik? Baik dalam hal ini adalah memberi nilai baik pada siswa tidak peduli siswa itu bisa atau tidak.

Menurut hemat saya kok salah besar ya. Kita coba telaah definisi guru yang baik, Guru yang “baik”, menurut Grosswith adalah guru yang  selalu belajar dengan mengajar (lewat mengajar ia mendidik) para muridnya, dan dengan mengajar sang guru memiliki kesempatan untuk terus belajar dari para muridnya. Guru yang baik adalah  guru yang dicintai murid-muridnya bukan karena kelonggarannya ‘membiarkan’ ketidakbaikan membudaya, tapi karena kasih sayang yang bersandar pada nilai-nilai kebaikan yang selalu mengingatkan.

Jadi apa kriteria guru yang baik :

  1. Guru yang terus belajar Ubahlah paradigma bahwa guru berperan sebagai penyiram tanaman daripada sebagai penuang air. Anggaplah siswa sebagai tanaman yang memiliki potensi untuk tumbuh sendiri, daripada sebagai sebuah gelas kosong yang hanya dapat penuh bila ada yang mengisi. Artinya, guru harus mampu mengubah paradigma pembelajaran yang tadinya menjadikan siswa sebagai objek pembelajaran, bergeser pada paradigma siswa sebagai subjek dalam pembelajaran. Ketika paradigma ini telah terbangun, situasi pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan berpeluang besar untuk dapat dikembangkan di ruangan kelas. Guru memandang sekolah sebagai tempat belajar untuk menjadi lebih profesional, sekaligus mengembangkan kemampuannya menjadi lebih baik.
  2. Guru yang mampu memberi inspirasi Kita sering menemui siswa yang bersikap acuh tak acuh dengan pembelajaran yang kita bawakan? Jangan salahkan siswa kita dulu, cek kembali sikap apa yang Anda tampilkan ketika memulai pembelajaran? Apakah kita  tampak loyo dihadapan siswa kita? Apakah kita mampu meyakinkan siswa kita akan manfaat yang mereka dapatkan ketika mengikuti pembelajaran dengan baik?. Guru harus mampu menjelaskan apa manfaat sekolah bagi siswa, apa manfaat belajar bagi masa depan mereka kelak. Guru harus mampu menjual ‘manfaat’ mempelajari konten materi pelajaran dengan antusias, menghadirkan suasana kontekstual antara materi pelajaran dan dunia anak. Seorang guru yang baik adalah juga seorang sales konten materi pelajaran yang baik.
  3. Guru yang menggunakan beragam gaya mengajar Mengajar ibarat membuat masakan, ketika kita terus bikin masakan yang sama setiap hari dapat dipastikan bahwa masakan itu pasti membosankan walaupun  awalnya enak. Yang terjadi sekarang, kebanyakan guru mengajar dengan satu metode yaitu ceramah. Mulai dari awal tahun pelajaran sampai akhir tahun pelajaran dan akan diulang tahun pelajaran berikutnya. Alangkah lebih baik jika masuk ke dalam kelas dengan menampilkan beragam gaya mengajar, beragam model belajar. Banyak sekali model belajar yang telah dibuat oleh para ahli, tetapi celakanya guru tidak pernah mempraktekannya.
  4. Guru yang dekat dengan siswa Jadilah guru yang bisa menggantikan peran orang tua di sekolah. Guru yang dekat dengan siswa membuat siswa merasa nyaman diajar oleh guru tersebut. Guru yang siap menerima keluh kesah siswa baik face to face maupun lewat media lain seperti telpon, sms, facebook, twitter dll.
  5. Guru yang rajin mengikuti pelatihan Guru harus memiliki sikap mau belajar. Konsekuensinya, guru harus mau dan mampu menggali banyak informasi di luar jam kerjanya untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan lainnya yang relevan dengan kinerja profesionalisme sebagai guru. Mengagendakan diri secara rutin dalam mengikuti kegiatan pengembangan diri melalui In-Service Training merupakan salah satu alternatif solusi untuk dapat mengikuti perkembangan terkini di dunia pendidikan.
  6. Guru yang rajin melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Siapa yang dapat mengetahui kekurangan kita dalam mengajar? Bagaimana cara kita memperbaiki kekurangan mengajar kita di kelas? Penelitian Tindakan Kelas adalah salah satu cara untuk menganalisis tugas mengajar kita di kelas. Fokus PTK adalah untuk menyelesaikan berbagai masalah yang kita hadapi dalam mewujudkan situasi pembelajaran efektif. Pada dasarnya, masalah merupakan kesenjangan antara kenyataan dan keadaan yang diinginkan. Cohen & Manion (1980) menyatakan ada 7 fokus bidang garapan dalam PTK, yaitu: (1) metode mengajar, (2) strategi belajar, (3) prosedur evaluasi, (4) penanaman atau perubahan sikap dan nilai, mendorong sikap yang lebih positif terhadap beberapa aspek kehidupan, (5) pengembangan profesional guru (meningkatkan keterampilan mengajar, mengembangkan metode mengajar yang baru, menambah kemampuan analisis, atau meningkatkan kesadaran diri), (6) pengelolaan & kontrol pada teknik modifikasi perilaku, dan (7) administrasi (menambah efisiensi aspek tertentu dari administrasi sekolah). PTK merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban guru terhadap kinerjanya. Selain untuk kepentingan evaluasi yang komunikatif, data dan fakta yang dihasilkan dari kegiatan PTK dapat dijadikan referensi bagi guru untuk menulis di blog atau website untuk disharing di komunitas guru yang lebih besar (KKG, MGMP, dsb). Harapannya, temuan-temuan yang dihasilkan dari kegiatan PTK dapat berdampak lebih besar bagi pengembangan pendidikan dalam skala luas.
  7. Guru yang bisa memberi contoh yang nyata Ada pepatah mengatakan bahwa guru kencing berdiri murid kencing berlari. Guru sering meminta siswanya untuk belajar tetapi dirinya tidak pernah mau belajar. Guru terlalu sering memberi motivasi kepada anak didiknya untuk berprestasi tetapi dirinya tidak pernah punya prestasi. Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran dengan contoh yang baik.

Ini mungkin sebagian dari kriteria guru yang baik menurut versi saya dan belum tentu baik menurut pembaca, silahkan dikomentari dan  dikritik untuk menjadikan kita bersama  menjadi guru yang baik.

Salam kenal :

Ardan Sirodjuddin, S.Pd.

www.blog.ardansirodjuddin.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline