Lihat ke Halaman Asli

Fatkhul Muin kabarseputarmuria

TERVERIFIKASI

Jurnalis Warga,Wiraswasta,YouTuber

Harga Garam Tanah Demak Terus Terpuruk , Pegaram Mulai Simpan Garam dalam Gudang

Diperbarui: 15 Agustus 2015   18:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Demak – Panas yang menyengat di sentra garam kabupaten Demak tak dihiraukan oleh pegaram. Mereka dengan tekun menggarap lahan garamnya. Saat ini semua petani sudah memanen garamnya . Namun panen kali ini tidak di sambut suka cita seperti tahun yang lalu.

Seperti terlihat di sentra garam Demak desa Kedungmutih kecamatan Wedung. Pegaram tampak memanen garamnya di petak-petak meja kristalisasi.Puluhan keranjang berjejer rapi diatas pematang siap dimasukkan ke dalam gudang.

“ Satu bulan yang lalu harga garam perkeranjang Rp 15 ribu ya kita jual terus . Saat ini harga terus menurun kemarin di tawar Rp 7 ribu perkeranjangnya ya kita masukkan aja ke dalam gudang siapa tahun musim penghujan ada kenaikan “, kata Solkhan Jasmani pegaram asal desa Kedungmutih pada kabarseputarmuria.

Sholkhan mengatakan ketika awal panen harga garam media tanah  masih bagus  jika dihitung perkwintal  dilahan sekitar Rp 45 ribu. Namun seiring dengan semakin banyaknya pegaram yang memanen lahannya harga terus turun. Dari Rp 15 ribu perkeranjang , turun jadi Rp 13 ribu perkeranjang, lalu Rp 10 ribu perkeranjang saat ini jadi Rp 7 ribu perkeranjang.

“ Saya belum mendapatkan bantuan plastic ya terpaksa pakai media tanah. Meskipun begitu garam saya tergolong bagus . Garam saya yang dekat jalan raya dan bagus harganya dibawah Rp 10 ribu perkeranjang lalu yang jauh di dalam harganya pasti lebih murah “, tambah Sholkhan.

Disisi lain Busri pengepul garam dari desa Kedungmutih mengatakan turunnya harga garam di masa panen raya karena beberapa hal. Satu diantaranya adalah stok yang melimpah di tingkat petani . Penyebab lainnya adalah adanya persaingan antar pengepul yang merugikan petani. Mereka menurunkan harga garam yang diikuti oleh yang lainnya.

“ Saya pengepul dan juga petani pak, kalau harga garam di lahan perkwintal kurang dari Rp 25 ribu keuntungan petani sangat kecil. Bagi yang punya lahan sendiri itu tidak memberatkan karena tidak mengembalikan ongkos sewa. Namun begi penyewa ini sangat merugikan paling tidak harga garam minimal Rp 30 ribu di lahan “, kata Busri yang sudah puluhan tahun berdagang garam.

Salah satu cara agar harga garam tidak terus terjun bebas maka solusinya pagaram harus menyimpan garamnya. Jika hal ini dilakukan tentunya stok dipasaran akan kurang dengan sendirinya harga garam akan beranjak naik ,apalagi jika musim penghujan nanti. (Muin)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline