Lihat ke Halaman Asli

Fatkhul Muin kabarseputarmuria

TERVERIFIKASI

Jurnalis Warga,Wiraswasta,YouTuber

Mengaji Jum'at Kliwonan Di Pekalongan

Diperbarui: 26 Juni 2015   09:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kota Pekalongan pagi (7/1) tampak seperti biasanya warga kota mulai aktifitas seperti biasanya , namun di salah satu sudut kota tepatnya di gedung sholawat jalan Wahidin ada keramaian tersendiri . Jalan raya yang biasanya lalu lalang kini ditutup sementara digantikan dengan gelaran karpet hijau sepanjang jalan hampir 400 meter . Karpet hijau yang digelar satu dua orang mulai menempatinya , makin lama terus bertambah sehingga karpet hijau itupun penuh diduduki orang , namun massa terus datang . Untungnya dikanan kiri banyak orang yang menjajakan koran bekas sebagai tempat untuk duduk beberapa orang mulai membeli koran bekas yang diikuti oleh temannya-teman lainnya karena tidak kebagian tempat duduk. Jam menunjukkan angka 7 namun jamaah terus berdatangan , akhirnya mereka rela duduk diemperan-emperan toko dan disela-sela kendaraan roda dua yang diparkir. Jamaah yang tidak kebagiant empat rela duduk di jalan “ Di emperan tak mengapa yang penting dapat mengikuti pengajian Jum’at Kliwon ke depanpun sudah tidak bisa karena banyak orang. Toh nanti kita dapat mendengarkan pengajian dari speker yang di pasang di gedung sana “ , ujar salah seorang pengunjung yang mengaku dari Batang. Memang kondisi penuh dengan ribuan jamaah menjadi ciri khas pengajian Jum’at Kliwon yang diadakan di gedung sholawat sebagai home basenya organisasi Thariqot Sadzaliyah pimpinan Habib lutfi bin Ali bin Hasim bin Yahya yang mempunyai anggota ribuan orang di seluruh Indonesia. Mereka kebanyakan datang dari hampir kota-kota di Jawa Tengah dan ada juga yang datang dari Jawa Barat , oleh karena itu gedung sholawat yang cukup besar dengan kapasitas seribu orang tidak dapat menampung jamaah . Sehingga jalan raya depan gedung , gang-gang disekitarnya ditutup sementara untuk menampung jamaah , bahkan emperan toko-tokopun penuh sesak . Mereka duduk dengan tertib dan khidmat mengikuti prosesi pengajian yang digelar sekitar 2 jam.

Penulispun harus disela-sela parkiran swalayan Pengajian diawali dengan membaca dzikir dengan imam yang diikuti para jamaah yang diakhir dengan do’a . Setelah Dzikir acara dilanjutkan dengan pembacaan kitab salaf dengan makno gandul berbahasa jawa ala pondok pesantren membahas seputar wali . Pembacaan kitab yang dipandu oleh seseorang itupun didengarkan dengan penuh perhatian oleh para jamaah meskipun mereka tidak menyimak kitab. Acara dilajutkan dengan pengajian berbahasa Indonesia dengan tema seputar ibadah , menata hati , dan juga amalan-amalan yang menuju kepada ketaqwaan kepada Allah . Dengan pengajian tersebut para jamaah diingatkan selalu menghormati kepada orang tua , para guru agar hidup yang kita jalani ini sukses dunia maupun akherat . Dalam hidup didunia ini kita mengharap keridloaan dari Allah SWT sehingga kita harus menjunjung tinggi akhlaq yang luhur juga sikap yang santun kepada siapapun. Setelah acara pengajian selesai sebagian para hadirinpun langsung pulang dengan rombongan masing-masing , namun sebagian masih ada yang menunggu untuk bersalaman atau musafahah dengan beliau Habib Lutfie seraya mohon do’a . Beberapa barisan pengaman intern jam’iyah dengan baju dan celana hitam mulai bersiap sebagai pagar betis dan juga mengatur mereka secara bergiliran, satu persatu mereka antri untuk bersalaman dengan Habib Lutfie . Selama hampir satu jam Habib melayani murid-muridnya penuh kecintaan dan perhatian sampai dengan habisnya mereka , yang kemudian dilanjutkan dengan acara tatap muka dan konsultasi. Jamaah yang akan berkonsultasi dengan beliaupun diatur secara anti bergiliran baik laki-laki maupun perempuan di bagi sisi kiri dan sisi kanan.

Habib Lutfie di tengah muridnya yang berkonsultasi Dalam acara konsultasi itupun Habib lutfie mendengarkan secara serius apa yang ditanyakan para muridnya dan solusi pemecahannya , itu bisa dilihat dari wajah-wajah mereka yang bersinar ceria setelah mendapatkan advis dari Habib. Selain itu dari para jamaah juga banyak yang membawa air yang kemudian di do’akan Habib untuk menyembuhkan penyakit ataupun memecahkan persoalan yang sedang mendera para muridnya. Sungguh suatu pemandangan yang indah dilihat dan dirasakan dengan penuh keakraban Habib Lutfie dengan sabar menerima semua muridnya tanpa membedakan satu dengan yang lainnya. (FM) Fatkhul Muin Pengelola Blog : Pusat Informasi Masyarakat Pesisir (http: www.For-Mass.Blogspot.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline