Jam baru menunjukkan pukul 05.30 WIB namun suasana di Pasar pagi desa Kedungmutih kecamatan Wedung Kabupaten Demak suasananya cukup ramai dengan berjubelnya ratusan orang untuk menawarkan dan juga membeli ikan hasil tangkapan nelayan di seputar desa Kedungmutih. Ratusan orang yang berjubel tersebut kebanyakan para ibu-ibu atau wanita sehingga jika dilihat dari kejauhan Pasar pagi ini ibarat lautan manusia wanita atau perempuan. Entah mengapa yang menjualdan membeli ikan itu para wanita ? jika ditanya , kebanyakan mereka menjawab itu semua tuntutan hidup karena mengandalkan penghasilan suami jelas tidak mencukupi . Sebagai istri nelayan atau buruh tani jika hanya hidup dari penghasilan suami yang tidak menentu itu akan menjadi permasalahan tersendiri oleh karena itu sebisanya para istri membantu untuk mencari nafkah agar kebutuhan dapat tercukupi.
“ Suami saya penghasilannya dari menyewa tambak orang lain , jika untuk makan sehari-hari jelas tidak mencukupi sehingga untuk tambahan belanja dan kebutuhan harian lainnya saya dagang ikan hasil pembelian dari tetangga dan saya bawa ke pasar ini . Hasilnya lumayan sehari tidak lepas Rp 25.000,-bisa untuk biayai hidup anak-anak “ tutur Muzaedah( 45 )pedagang udang dari desa Babalan yang setiap harinya membuka lapaknya di Pasar Pagi desa Kedungmutih.
[caption id="attachment_123971" align="aligncenter" width="300" caption="Wanita pesisir ini setiap hari bekerja di pasar"][/caption]
Muzaedah menuturkan profesi dagang udang yang ditekuni sudah hampir dua puluh tahun , dia ingat mengawali usaha seusai punya anak satu . Melihat kerepotan suami yang hanya sendirin mencari nafkah dia merasa kasihan , oleh karena itu sebisanya membantu meringankan beban suami dengan cara berdagang udang dan ikan. Awalnya ia merasa canggung , selain tidak terbiasa juga keluarganya bukan keluarga pedagang. Namun karena ketekunanya dan mau belajar dengan orang lain , akhirnya keengganannya itu hilang begitu saja apalagi setelah hasilnya nyata dapat meringankan beban keluarga maka usaha itu berjalan sampai sekarang. Oleh karenanya bagi wanita lain di desanya jarang yang berpangku tangan di rumah , bahkan banyak pula mereka yang bekerja di luar daerah demi untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Misalnya pergi ke Malasyia., Singapora, Hongkong dan Arab itu semua dilakukan agar kehidupan rumah tangganya dapat tercukupi setiap harinya.
“ Alhamdulilah dari kerja dagang ikan dan udang ini saya , bisa menyekolahkan anak saya hingga Perguruan Tinggi di Semarang,jika mengandalkan hasil suami yang tidak menentu ini paling –paling hanya mampu sampai Madrasah Aliyah saja “ aku Muzaedah yang mengaku hanya tamatan SD.
Hal sama juga dikatakan oleh Hajjah Sukaesih (48) pedagang kepiting dari desa Kedungkarang yang setiap harinya berjualan di pasar pagi , bahwa wanita pesisir bekerja membantu mencari nafkah untuk keluarga adalah hal yang biasa dilakukan. Selain menjadi pedagang seperti dirinya banyak pula yang bekerja di sector lainnya , misalnya menjadi buruh tani , buruh angkut garam, buruh mengolah ikan atau pekerjaan lain yang bisa menghasilkan uang. Seperti dirinya sejak lama ia telah berdagang kepiting yang ia beli dari desanya , setelah terkumpul banyak ia bawa di pasar yang kemudian dibeli para pengepul untuk dijual ke pasar-pasar di kota atau di setorkan ke warung-warung makan.Dari usahanya ini ia dapat mengumpulkan uang sendiri yang kemudian dimanfaatkan untuk membantu suami mencukupi kebutuhan harian. Dari ketekunannya puluhan tahun menjadi pedagang kepiting ini ia bersama suaminya lima tahun lalu bisa naik haji berdua . Dan pekerjaan menjadi pedagang inipun diikuti oleh anak sulungnya perempuan , meskipun dia ditinggal suaminya dia bisa mencukupi kebutuhan hidup anaknya dari berdagang kepiting.
“ Saya lihat tetangga saya yang hanya mengandalkan hidup dari suami saja , kelihatan susah hidupnya sehingga meskipun wanita tidak masalah jika mau bekerja yang penting tidak melupakan kewajibannya di rumah tangga seperti memasak , mengemong anakdan tugas kewanitaan lainnya “, ujar nya ketika dimintai komentar tentang tugas wanita saat ini.
[caption id="attachment_123972" align="aligncenter" width="300" caption="Pekerjaan priapun ia lakoni demi untuk membantu suami "][/caption]
Selain potret ibu Muzaedah dan ibu hajjah Sukaesih masih ratusan lagi wanita warga pesisir yang perkasa dan setiap harinya bekerja mencari tambahan nafkah seperti layaknya para pria . Namun demikian mereka itu tidak dapat meninggalkan kodratnya sebagai wanita yang lemah lembut dan sayang pada putra-putrinya . Selain itu mereka juga sebagai wanita yang selalu taat pada suami-suami mereka yang setiap harinya selalu berbagi kasih sayang dalam rangka mengarungi biduk perkawinan yang telah mereka bangun bersama-sama.Seperti halnyaRA. Kartini dahulu meskipun beliau mendobrak tirani yang ada dengan merubah sikap dan prilaku wanita jaman dahulu yang penuh kekangan , namun kodratnya sebagai wanita yang harus taat pada sang suami tetap beliau jalankan sampai akhir hayatnya .Selamat Hari Ulang Tahun kelahiran Ibu RA. Kartini dan bagi wanita-wanita perkasa teruslah berbakti pada suami dan keluarga bangsa dan negara sesuai dengan cita-cita kartini , apakah ini sebuah Emansipasi jawabnya terserah yang menyimpulkannya. ( FM )
Fatkhul Muin
Pengelola Blog : Pusat Informasi Masyarakat Pesisir (http: www.For-Mass.Blogspot.com )
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H