Lihat ke Halaman Asli

Fatkhul Muin kabarseputarmuria

TERVERIFIKASI

Jurnalis Warga,Wiraswasta,YouTuber

Busri, Dulu Kuli Angkut Kini Bandar Garam yang Sukses

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wilayah kecamatan Wedung kabupaten Demak saat ini merupakan daerah penghasil garam terbesar di kabupaten Demak .Adapun desa –desa sentra penghasil garam tersebut adalah desa Kedungmutih . Kedungkarang, Babalan, Tedunan, Kendalasem dan Berahan Wetan. Keenam desa inilah setiap tahunnya menghasilkan puluhan ribu ton garam yang kemudian dipasarkan oleh para pengepul maupun pedagang ke seluruh pelosok Indonesia. Garam dari Demak ini oleh pedagang atau pengepul di pasarkan ke daerah Juana , Semarang, Solo , Bandung , Jakarta , bahkan ada pula yang dibawa keluar pulau jawa seperti pulau Sumatera, Kalimantan , Maluku sampai ke Irian Jaya atau Papua . Dari usaha garam inilah memunculkan sosok pedagang atau pengepul garam yang cukup terkenal di desa Kedungmutih Busri namanya . Setiap harinya ia mampu memasarkan garam hasil dari petani garam di Demak 5 – 6 truk besar yang bermuatan 6-8 ton selama hampir lima belas tahun tanpa henti . Oleh karena itu Busri saat ini bisa dikatakan sebagai pengusaha garam yang sukses , semua pedagang garam di kota-kota besar pasti mengenal sosok Busri karena ketekunan dan kejujurannya dalam berusaha. Bagi petani garam desa Kedungmutih Busri merupakan mitra kerja yang baik , karena hampir semua petani garam di sekitar desa Kedungmutih pernah bekerjasama dengannya dalam hal jual beli garam . Selain itu peran Busri dalam mengendalikan harga garam juga cukup nyata, dengan adanya pedagang local yang berperan maka pedagang garam pendatang tidak akan bisa mengatur harga seenaknya sendiri. “ Saya berbisnis garam krosok ini sudah hampir lima belas tahun mas , awalnya saya hanya kuli angkut garam namun karena saya mau belajar dengan keadaan akhirnya saya bisa berbisnis garam sampai sekarang. Saya cukup bersyukur dari usaha ini saya bisa memberi pekerjaan pada teman-teman yang lainnya dan satu dua teman ada juga yang mengikuti jejak saya menjadi pedagang atau pengepul garam “ ujar Busri ( 45 ) yang ditemui di pool pengangkutan garam desa Kedungmutih belum lama ini. Hanya Tamat SD Busri yang saat ini menjadi salah satu pengusaha binaan BRI Demak menceritakan , dia lahir dari keluarga miskin ayahnya adalah seorang buruh tani yang tidak mempunyai tanah garapan sehingga kerja sehari-harinya adalah membantu tetangga menggarap sawah atau tambak . Jika tidak ada yang menyewa tenaganya ayahnya mencari ikan ke laut , sungai ataupun tambak-tambak yang habis di panen sehingga penghasilannya hanya cukup untuk makan sehari-hari saja. Karena kemiskinan itulah yang menyebabkan Busri hanya tamat SD saja , teman-teman yang lain banyak yang melanjutkan ke SMP atau Madrasah Tsanawiyah dia tidak dapat berbuat banyak. Untuk meringankan beban orang tuanya sehabis tamat SD Busri bekerja mencari uang dengan cara mencari ikan di laut, sungai , atau saluran tambak seperti yang dilakukan oleh ayahnya. Jika musim garam tiba yaitu musim kemarau Busri bekerja serabutan , jika ada yang membutuhkan tenaganya menggarap lahan garam ia membantu membuat garam, jika ada yang membutuhkan sebagai buruh angkut iapun bersedia menjadi buruh angkut. Dalam rangka untuk menyambung hidup pekerjaan apapun asal halal ia terima . Dari hasil bekerja sebagai buruh penggarap garam dan buruh angkut ini sebagian ia sisihkan sebagai tabungan , makin lama tabungan makin banyak . Setelah terkumpul cukup banyak iapun beralih profesi sebagai penyewa lahan garam , selain telah menguasai cara membuat garam juga tidak ingin menjadi buruh terus. Rupanya nasib baik berfihak kepadanya dari menyewa garam sepetak awalnya , satu musim hasilnya dapat digunakan untuk menyewa sepetak lagi begitu seterusnya . Sehingga selain dia yang menggarap lahan garam , dia juga memberi pekerjaan kepada tetangganya dengan system maro yaitu pembagian hasil dari pembuatan garam tersebut. Dari hasil menyewa garam tersebut dia juga sisihkan kembali sedikit demi sedikit sebagai simpanan setelah terkumpul banyak Busripun akhirnya membeli lahan garam yang ia idam-idamkan sejak kecil . Setamat SD ia mempunyai pikiran jika keluarganya seperti ini terus yaitu menjadi buruh penggarap maka nasibnya sulit berubah yaitu menjadi miskin terus, sehingga dalam hati kecilnya dulu ia akan bekerja keras supaya bisa membeli lahan tambak garam sehingga bisa merubah nasibnya. “ Setelah mempunyai lahan sendiri inilah nasib keluarga kami mulai membaik, lahan garam saya sewakan kepada orang lain , sayapun mulai berbisnis garam yaitu membeli garam dari lahan petani garam untuk dijual pedagang dipool pengiriman . Saat itu saya baru tahap pengepul saja belum berdagang garam antar kota atau antar pulau “, cerita Busri mengenang. Membuat Gudang Penimbunan Karena ketekunannya dari jual beli garam kecil-kecilan maka semakin lama usaha yang digelutinya semakin berkembang sehingga modhal simpanannya juga semakin besar. Melihat harga garam yang tidak stabil setiap tahunnya Busri mencoba menangkap peluang yang ada , jika musim panen raya tiba harga mulai jatuh Busri membuka tabungannya dengan membuat gudang-gudang penyimpanan garam. Gudang setelah jadi kemudian dia isi garam hasil pembelian dari para petani disekitarnya sampai penuh , dan jika musim penghujan tiba atau harga mulai beranjak naik gudang-gudang itupun dibongkar isinya untuk dijual . Justru dari penimbunan garam inilah pernah keuntungannya berlipat-lipat karena musim kemarau yang pendek dan musim hujannya cukup panjang , akibatnya petani garam kesulitan membuat garam dengan sendirinya harga garam menjadi mahal. Dengan kepandaiannya membaca alam itulah perkiraan dia tidak meleset setiap persediaan garam di gudang banyak harga selalu naik meski sedikit , selain itu pula membuat rekan bisnisnya senang karena setiap permintaan selalu dipenuhinya dengan baik. Kelebihan stok dalam gudang itulah yang kemudian dia coba membuka pasaran keluar Demak , yang sebelumnya dia telah belajar banyak dengan rekannya sesama pedagang garam. Awalnya hanya 1 truk per minggu sekali lambat laun permintaan tambah terus hingga saat ini setiap hari paling sedikit ia kirim garam krosok ke daerah Solo dan sekitarnya paling sedikit 5 truk bahkan kadang kala bisa sampai dengan 10 truk perharinya. “ Permintaan garam bisa saya penuhi dengan baik karena simpanan garam saya di gudang , jika kurang saya ambilkan garam dari teman sesama pedagang garam dan kita membagi keuntungan yang tidaka saling merugikan. Dari petani dia membeli berapa kemudian dia saya beri keuntungan tersendiri sehingga berapapun saya butuh garam mereka selalu menyediakannnya untuk saya “, Tutur Busri ketika di tanya salah satu resep keberhasilannya sebagai pedagang garam. Menuai Hasil Jika dilihat dari keberhasilannya menjadi salah seorang pedagang garam yang cukup menonjol di desanya orang tidak menyangka jika dia hanya tamatan SD saja , karena perputaran uang yang ia jalankan setiap bulannya mencapai puluhan hingga ratusan juta rupiah . Namun berkat ketekunannya belajar dari keadaan yang ada juga belajar pengalaman dari teman-temannya yang dulu terjun dalam bisnis pergaraman kesulitan demi kesulitan dapat teratasi dengan sendirinya. Seperti halnya menggunakan HP ia masih kesulitan jika menerima SMS dari rekan bisnisnya untuk membuka SMS pada awalnya ia tidak bisa apalagi menjawab SMS itu , namun karena ia tidak malu bertanya meskipun belum lincah sekarang sudah bisa kirim SMS atau menjawab SMS yang masuk. Dari hasil kerja kerasnya dari kuli angkut sampai sekarang menjadi salah satu pedagang garam di desa Kedungmutih Busri beserta keluarganya kini telah menuai hasil. Keberhasilan itu diantaranya rumah yang dahulunya masih berlantai tanah dan semi permanen , kini sudah tembok megah dan tidak kalah dengan rumah sekitarnya. Untuk lebih mengefisienkan biaya tranportasi ia telah membeli satu buah truk yang ia beli secara kredit dan saat ini hampir lunas, harapannya ke depan ia akan menambah armada angkutannya satu unit lagi. Selain itu tanah garapan tambak garamnyapun cukup luas dengan gudang-gudang garam yang setiap musim selalu dipenuhinya dengan garam yang ia beli dari para petani disekitar desanya. Yang membuat ia bangga ia telah menjadi salah satunya pedagang garam dari desanya yang dipercayai oleh BRI sehingga mau mengkucurkan dana KUR ( Kredit Untuk Rakyat ) untuk memperlancar usahanya , dan selama ini angsuran setiap bulannya tidak pernah lowong . Dengan tertibnya angsuran kredit KUR tersebut fihak BRI akan menambah lagi jumlah kredit yang dikucurkannya, bahkan untuk waktu yang akan datang dia akan diikutkan pada acara KIPAS –KIPAS ( Kisah Pengusaha Sukses) yang disiarkan oleh salah satu televisi swasta Indonesi. “ Dulu orang tua saya miskin untuk makan saja sulit apalagi sekolah tinggi , namun dengan itu semua saya tidak patah semangat untuk bekerja dan belajar pada keadaan, Alhamdulillah setelah hampir dua puluh tahun saya berjuang kini telah menuai hasilnya . Yang penting resep keberhasilan segala usaha adalah kerja keras dan mau belajar “ ujar Busri menutup sua.(FM) Fatkhul Muin Pengelola Blog : Pusat Informasi Masyarakat Pesisir (http: www.For-Mass.Blogspot.com )

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline