[caption id="attachment_345218" align="aligncenter" width="400" caption="Tenaga Tanam Sedang Bekerja"][/caption]
Jepara - Dulu petani Jepara mencari tenaga tanam padi (tandur:jawa) masih mudah . Ibu-ibu atau remaja putri jika musim tanam padi bersedia gugur gunung terjun ke sawah. Namun beberapa tahun belakangan ini petani kesulitan mencari tenaga tanam dengan cara mundur itu.Akhirnya para petani mengimpor tenaga tanam padi ini dari daerah Demak bagian Selatan.
“ Ya kalau tidak ada tenaga tanam padi dari Demak petani disini kececeran dalam menggarap sawahnya. Untungnya kini sudah ada tenaga tanam padi dan cabut benih (ndaud:bhs Jawa) sehari semuanya selesai “, ujar Mashadi petani asal desa Kaliombo kecamatan Pecangaan pada kabarseputarmuria.com
Mashadi mengatakan , dulu petani cukup sulit mencari tenaga tanam padi local. Jika ada yang bersedia upah atau ongkosnya cukup mahal. Selain itu masih menyediakan sarapan dan makan siang . Jika dihitung pengeluaran cukup besar tak sebanding dengan pekerjaan yang dihasilkan. Jika dipaksakan memakai tenaga tanam local , keuntungan tanam padi padi minim.
“ Nah dengan adanya tenaga tanam padi secara berombongan dari daerah Demak ini petani cukup terbantu. Kita hanya mengawasi pekerjaan mereka jika ada salah kita betulkan. Untuk konsumsi paling kita menyediakan minum dan makanan kecil”, tambah Mashadi.
[caption id="attachment_345219" align="aligncenter" width="400" caption="Ibu Atun salah satunya"]
[/caption]
Untuk ongkos atau upahnya perhitungannya secara borongan. Perbau berkisar Rp 1 juta – 1,5 juta tergantung dari jauh dekatnya lahan. Pembayaran dilakukan setelah pekerjaan selesai yang dikoordinir dengan ketua rombongan . Para ketua rombongan biasanya sekaligus sebagai pencari order yang mengatur jadwal para pekerja tanam padi ini.
Salah satunya adalah pak Badi asal desa Kramat kecamatan Dempet kabupaten Demak. Pak Badi ini setiap hari membawa rombongannya yang berjumlah 35-40 orang. Satu rombongan biasanya ada tenaga pria 3-4 orang sebagai tenaga ndaud (cabut benih padi). Lainnya para ibu-ibu bagian tanam padi. Dari rumah mereka berangkat habis subuh dan pulangnya sampai rumah habis maghrib atau usai shalat isyak.
“ Nomor telpon saya sudah disimpan para petani disini , jika membutuhkan tenaga tanam padi biasanya mereka tinggal ngebel saya hari apa dibutuhkan dan berapa luas lahan yang akan ditanami padi . Nanti saya kalkulasi berapa orang yang saya bawa “, tutur pak Badi
Mbah Atun (55) salah satu tenaga tanam padi dari desa Kramat mengatakan jika musim tanam padi ia bersama tetangganya migrasi ke daerah Jepara untuk mburuh tandur. Biasanya sawah didaerahnya sudah lebih dulu selesai ditanami padi. Mereka berangkat berombongan dengan mencarter kendaraan truk atau angkutan umum. Untuk sarapan dan makannya biasanya mereka membawa dari rumah.
“ Hasilnya tergantung dari borongan tanam padi dalam sehari itu kadang bisa bawa pulang Rp 35 ribu kadang juga nyampai Rp 50 ribu . Itu hasil bersih setelah dikurangi transport dari rumah masing-masing “, aku mbah Atun (Muin)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H