Tak akrab di telinga, tapi punya banyak pesona. Begitulah kira-kira kita dapat mendeskripsikan Kabupaten Kulon Progo. Kabupaten kecil ini baru mulai dikenal orang ketika adanya pembangunan Bandara YIA dan slogan "Bela Beli Kulon Progo" beberapa tahun belakangan. Padahal, Kulon Progo memiliki banyak pesona, lebih dari sekadar bandara dan slogan.
Kabupaten ini memiliki berbagai macam makanan khas yang amat unik dan tak akan anda jumpai di daerah lain. Sebut saja geblek, si mungil berbentuk angka 8 dengan rasa yang gurih dan tekstur yang kenyal ini sukses menjadi primadona kuliner Kulon Progo. Jika anda berkunjung ke toko oleh-oleh di Kulon Progo, si mungil inilah yang pertama kali akan ditawarkan.
Namun untuk kali ini bukan geblek yang akan kita bahas. Kita akan berkenalan dengan growol, makanan sumber karbohidrat yang sangat legendaris tapi sayangnya tak banyak diminati. Padahal, makanan ini memiliki banyak khasiat dan menjadi pahlawan pangan jauh sebelum Indonesia merdeka.
Berkenalan dengan Growol
Tak kenal maka tak sayang. Tapi kalaupun memang tak sayang juga tak apa. Asalkan jangan sampai Anda tak kenal dengan makanan unik yang satu ini.
Eksistensi growol tercatat dalam Serat Centhini Jilid V, Pupuh 349 Bait 25-29, tahun 1814. Kala itu, sayur besengek booming sebagai olahan sayur yang digandrungi masyarakat. Sayur ini umumnya dihidangkan dengan nasi. Akan tetapi, uniknya, oleh masyarakat Kulon Progo sayur ini dihidangkan bersama dengan growol.
Dulu, growol berperan sebagai makanan pengganti nasi ketika paceklik tiba. Ketika sawah-sawah kekeringan dan produksi padi menurun, ketela pohon atau singkong menjadi bahan makanan andalan. Hal ini karena ketela dapat hidup dengan baik di daratan yang kering.
Sebagian wilayah Kulon Progo berada di daerah dataran rendah yang panas, sehingga singkong pohon merupakan salah satu komoditas yang utama. Oleh karena itu, bahan baku growol amat melimpah. Dan growol pun menjadi lumbung ketahanan pangan di kala itu.
Cara pembuatan growol terbilang mudah tapi memakan waktu yang tidak sebentar. Bagaimana tidak, dalam proses pembuatannya, ketela pohon atau singkong yang telah dikupas dan dipotong-potong, direndam selama 3 sampai 4 hari berturut-turut. Setelah direndam, ketela pohon atau singkong tersebut dicuci hingga bersih, lalu digiling.
Hasil penggilingan lalu dikukus dan dikemas dalam plastik ataupun keranjang bambu, baru kemudian dihidangkan. Jadi, butuh waktu setidaknya 4 hari untuk memproduksi growol yang siap dikonsumsi. Daya tahan growol sendiri adalah sekitar 4 hari.