Lihat ke Halaman Asli

www.ArdaDinata.com

Peneliti, Penulis dan Blogger

Kapur Tohor Datang, Lalat Berkurang

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Oleh  ARDA DINATA

TAK bisa dipungkiri, lalat ternyata merupakan vektor yang banyak merugikan manusia. Lalat ini mempunyai peranan dalam mempengaruhi kesehatan manusia. Menurut Riana (1992), keberadaan lalat dapat menyebarkan mikroorganisme seperti bakteri, virus, protozoa, telur dan cyste cacing pada manusia, sehingga dapat menimbulkan infeksi penyakit seperti kolera, disentri, tifus, kecacingan, dan penyakit lain yang penyebarannya dapat diakibatkan oleh lalat.

Saat ini, diperkirakan tidak kurang telah ditemukan sekira 60.000 sampai 100.000 spesies lalat. Namun, dari jumlah tersebut ada beberapa spesies lalat yang mempengaruhi kesehatan manusia, di antaranya adalah lalat rumah (Musca domestica). Selain lalat rumah, ada lalat hijau (Lucilia sp.) yang juga dapat menularkan penyakit.

Perlu tindakan

Melihat dari tidak kecilnya bahaya yang ditimbulkan oleh lalat, maka upaya pengendalian populasi kepadatan lalat di suatu daerah menjadi urgen untuk segera dilakukan langkah-langkah nyata dalam pengendaliannya. Tindakan pengendalian lalat dapat dilakukan, baik dengan cara fisik maupun kimiawi, misalnya dengan menggunakan insektisida.

Dalam catatan Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Pengawasan Lingkungan Pemukiman/PPM dan PLP (1992), disebutkan bahwa sering kali upaya pengendalian lalat cenderung hanya untuk membunuh lalat saja, yang dalam waktu relatif singkat populasi lalat tersebut akan menurun. Akan tetapi, lalat-lalat yang masih tertinggal dan hidup, apabila menemukan tempat-tempat untuk berkembang biak, suatu saat akan mampu membentuk populasi baru sehingga upaya pengendalian akan sia-sia. Jadi, upaya pengendalian lalat seharusnya tidak hanya ditujukan pada populasi lalat yang dekat dengan manusia saja, tetapi juga harus pada sumber-sumber tempat berkembang biaknya lalat.

Langkah tersebut, tentu patut diperhitungkan dalam usaha pengendalian kepadatan lalat. Apalagi, mengingat kehidupan lalat itu (dalam berkembang biak) sangat tergantung pada kondisi lingkungan. Menurut entomolog, Soemarto, tempat yang paling disenangi oleh lalat untuk berkembang biak adalah tempat basah, benda-benda organik, tinja, sampah basah, kotoran binatang, dan tumbuh-tumbuhan busuk.

Pembubuhan kapur tohor

Berdasarkan parameter yang dikeluarkan Ditjen PPM dan PLP Depkes RI, tentang petunjuk pemberantasan lalat, apabila kepadatan lalat lebih dari 21 ekor, lokasi tersebut merupakan kategori populasi padat dan perlu upaya pengendalian dan perlu diadakan penanganan terhadap tempat-tempat yang menjadi sarang berkembang biaknya lalat.

Terkait dengan upaya pengendalian untuk menekan timbulnya populasi lalat yang tinggi, salah satu cara yang bisa kita lakukan yaitu dengan membubuhkan kapur tahor [Ca(OH)2] ke bagian atas tempat yang dijadikan lahan berkembang biaknya lalat, misalnya TPS yang menggunung di beberapa sudut Kota Bandung. Keefektifan dari penggunaan kapur tohor ini untuk menekan kepadatan populasi lalat yang hinggap di suatu tempat ini cukup singnifikan dan dapat dibuktikan di lapangan.

Apalagi, kita tahu keberadaan kapur tahor ini bersifat higroskopis, yaitu mempunyai kemampuan untuk menyerap air sehingga mengurangi kelembaban sampah. Selain itu, kapur tahor juga dapat menghilangkan dan menyerap bau, serta membunuh kuman. Terkait dengan masalah sampah, menurut Riana (1996), kapur tohor ini dapat menyusutkan sampah organik sampai 54,06 persen dari 1.540 gram sampah dengan 7,5 gram kapur tohor.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline