Lihat ke Halaman Asli

Aris Dany Setyawan

Mahasiswa Sejarah Universitas Negeri Malang

Pentigraf: Odading Depan Kampus

Diperbarui: 23 September 2020   06:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : coockpad.com

Sebut saja namanya Bagas. Bocah berpawakan ideal dengan kulit kuning keputih-putihan itu membuatnya banyak dibicarakan oleh cewek-cewek kampus swasta depan lapaknya. Di usia 19 tahun, Dimana teman sebayanya tengah menempuh bangku perkuliahan. Tidak padanya, ia lebih memilih membantu orang tua untuk berjualan odading. Jajanan yang hampir mirip dengan roti goreng persis didepan gerbang unversitas yang didominasi warna merah jambu. 

Menggoreng, itulah tugas yang ia emban sehari-hari. Maka tak jarang banyak mbak-mbak beralmamater mampir untuk membeli odadingnya dengan tujuan yang utama hanya untuk bisa melihat sosok rupawan berlumuran keringat itu tengah menghadapi kompor yang membara. Seperti halnya geng strawberry. Geng yang diisi oleh 4 orang cewek dan 1 cowok dengan gaya kemayu itu hampir tak pernah absen untuk mengunjungi lapak odading mang Asep, nama bapak si pangeran odading.

Jujur saja terkadang Bagas itu juga merasa risih oleh kedatangan geng yang dipimpin cewek berambut panjang itu. Sebab, selain mereka membeli odading tak seberapa. Geng itu juga tak segan untuk menggoda Bagas hingga ia malu untuk menatap muka mereka. Di sisi lain Bagas juga tak ada sedikitpun rasa tertarik pada pimpinan ataupun salah satu anggota geng itu. 

Apalagi sama si Lutfi cowok bencis itu. "Jijik gue" dalam hati Bagas. Sosok Bagas sendiri memang orangnya sulit untuk ditebak, apalagi soal percintaan. Mustahil deh. Akan tetapi jika dilihat dari gelagatnya ia tertarik pada salah satu cewek di kampus itu. Meski si cewek itu tak pernah membeli odading buatannya, entah mengapa dalam hatinya berbisik, itu lah cewek yang mungkin bakal jadi pendampingnya. Selidik punya selidik ternyata cewek itu bernama Mira. Ah yang penting orangnya bukan namanya.

Hingga suatu hari cewek itu berjalan dari kostnya yang tak jauh dari kampus untuk masuk melewati gerbang bergambarkan logo kampus itu, yakni sayap salah satu burung khas Indonesia. Dilihatnya cewek itu sedang membawa tumpukan buku persis skripsi, makalah atau apalah itu.  Mungkin karena terlalu banyak dan keberatan, buku-buku itu jatuh semua. 

Sekejab saja dengan sok kepahlawannnya pangeran odading itu lekas lari dan menolong Mira dengan tangan yang terkadang masih berbau minyak. Dan di saat itulah mereka mulai saling memandang antar sesama. Setelah digapainya buku-buku berserakan itu , akhirnya Mira berbisik lemah berucap kata terimakasih atas pertolongan dan memberikan nomor telepon kepada Bagas. 

Dan hal yang tak diterka terjadi. Dua sejoli ini ternyata sudah memendam perasaan yang sama di antara mereka. Dan semenjak kejadian itu mereka mulai menjalin.... Em nggk usah disebutkan lah.  Nampaknya geng strawberry setelah mendengar kabar itu tak pernah menampakkan batang hidungnya lagi. Oh inikah cinta?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline