Lihat ke Halaman Asli

Terima Kasih Telah Berbagi Waktu Bersama Wahai Dua Malaikatku

Diperbarui: 25 November 2023   00:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari Ibu di September, 2004. Dokpri

Setiap manusia akan selalu memadu kisah dengan banyak hal selama nyawanya masih dipersilakan hadir oleh Tuhan Yang Maha Esa. Masing-masing kisah tersebut akan menghadirkan pengaruh yang berbeda-beda. Semua tergantung dengan apa dan siapa manusia berinteraksi. Kapan dan bagaimana manusia saling berinteraksi juga berpengaruh kepada apa yang akan terwujud dari interaksi tersebut. Satu kisah yang terbentuk dari awal keberadaan manusia itu sendiri tentu adalah kisahnya bersama dengan kedua orang tua. Orang tua terutama Ibu yang pertama kali bersentuhan langsung dengan sosok manusia itu sendiri. Di waktu itu sesosok manusia bersama kedua orang tua mulai memadu kisah.

Berjalan berdampingan mengarungi waktu tanpa tahu hal apa yang akan terjadi selanjutnya. Sebagai sepasang insan, kedua orang tua tentu mencoba mengarahkan kehidupan sesosok manusia agar terwujud kesempurnaan. Bukan perkara mudah menentukan arah untuk sesosok manusia yang tak lain adalah diri saya. Berbagai hal yang berkaitan dengan kehidupan saya mereka bicarakan dan rancang sedemikian rupa. Mengenalkan diri ini ke berbagai hal dan meminta untuk mencicipinya. Selanjutnya mereka meminta diri ini untuk menilai sendiri bagaimana hal tersebut. Mereka memberikan tanda bahwa tak selamanya setiap fase kehidupan saya akan selalu mereka rancang. Suatu saat mereka akan dengan sadar hati melepaskan saya ke dunia bebas. Namun, di saat itu kami akan tetap berbagi waktu bersama.

Berbicara soal waktu, maka akan erat kaitannya dengan perjuangan. Saya sebagai sosok yang membuntuti kedua orang tua tak pernah bisa mengetahui sebesar dan sebanyak apa hal yang diperjuangkan. Tidak hanya soal materiil, tetapi juga waktu dan tenaga yang sebegitunya mereka relakan untuk sosok yang membuntutinya. Saya yakin di setiap hal yang mereka perjuangkan ada cinta besar yang menyertai. Maka ada kesadaran yang muncul pada diri saya. Jadi, jikalau nanti mereka mengungkapkan bahwa sesungguhnya dari perjuangan itu ada keinginan (imbalan) yang ingin mereka peroleh dari diri saya, maka itu semua adalah kewajaran. Bukan masalah 'ketidakikhlasan', tetapi orang tua menginginkan imbalan untuk bertingkah laku baik kepada mereka dan mengharapkan apa yang mereka beri kepada saya dapat membuahkan hasil yang baik. Semua tujuan yang mereka susun sejatinya untuk saya, anak yang membuntuti mereka.

Julukan malaikat sepanjang waktu sepertinya bukan hal yang berlebihan kalau disematkan kepada mereka, kedua orang tua. Malaikat di dunia yang hadir dengan berbagai kelebihdan dan kekurangan masing-masing. Namun, tekad untuk bisa membangun keluarga yang baik di mata Tuhan adalah suatu keputusan yang nilainya tak terhingga. Mereka melawan ketidaktahuan akan masa depan dengan modal kepercayaan. Di waktu awal kehadiran saya mereka justru merasakan sakit yang teramat atas apa yang terjadi pada diri saya. Namun, mereka berusaha keras dan tak malu mengakui bahwa semua milik Tuhan. Selain itu dengan pengetahuan agama yang sama-sama sedang dikais, mereka selalu berusaha menunjukkan diri sebagai makhluk Tuhan. Kepercayaan muncul bahwa di atas harta masih ada pengetahuan agama yang lebih penting untuk membangun sebuah keluarga.

Dari sekian banyaknya keinginan yang diungkapkan orang tua yang saya tangkap lewat panca indra, hingga saat ini tahta 'keinginan untuk selalu sehat' yang masih merajai. Orang tua sama-sama mengharapkan kesehatan untuk saya. Sejatinya bukan hanya sebatas keinginan saya sehat agar nanti sukses di masa depan, tetapi juga dengan sehat maka kami dapat sama-sama terus berbagi waktu. Selain itu membentuk lebih banyak lagi kisah-kisah bersama. Oleh karena itu, saya menghaturkan banyak terima kasih kepada kedua orang tua. Mereka malaikat saya hingga kapan pun. Terima kasih telah mengizinkan saya untuk ikut serta dalam kisah hidup. Terima kasih telah menghadirkan saya, sehingga menjadi sosok manusia seperti sekarang. Berbagi waktu bersama keduanya adalah hadiah terbesar dari Tuhan untuk saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline