Lihat ke Halaman Asli

Arif Rahman

Freelancer

Aku Mengenal TMII Lewat Tarian Eja-Eja

Diperbarui: 17 Juni 2015   08:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1427830153696065124

Indonesia memiliki beragam budaya yang menarik untuk di perhatikan. Mulai dari baju adat, senjata tradisional, tarian tradisional, rumah tradisional, sejarah bangsa dan lain sebagainya. Beragam budaya tersebut tersebar di setiap daerah dan memiliki daya tarik tersendiri bagi siapa saja yang menyaksikannya.

Semua itu merupakan kekayaan yang di wariskan oleh nenek moyang kita sejak dahulu. Warisan tersebut patut untuk kita jaga dan di lestarikan untuk anak cucu kita kelak, seperti yang telah dilakukan oleh Ibu Negara ke dua RI, Ibu Tien Soeharto. Yang mana lewat gagasan yang dimilikinya, Ibu Tien menginginkan sebuah Miniatur Indonesia berbentuk taman yang di dalamnya mampu menggambarkan wilayah Indonesia beserta budayanya, keindahan alam, dan kekayaan alamnya.

Siapa sangka, kini Miniatur Indonesia tersebut atau yang lebih dikenal dengan “Taman Mini Indonesia Indah” sebentar lagi akan memasuki umur yang ke 40 tahun, sejak didirikan pada 20 April 1975. Seiring berjalannya waktu, TMII tiada henti mengikuti setiap perkembangan jaman dan semakin hari semakin menunjukkan perannya sebagai perekat budaya bangsa. Hal ini bisa kita lihat setiap tahunnya, di mana TMII mampu menyelenggarakan lebih dari 500 kegiatan budaya.

Bukan hanya itu saja, TMII juga dikenal sebagai pusat wisata budaya, menampilkan  miniatur kepulauan Indonesia, replika rumah adat dengan koleksi etnografinya, museum dengan arsitektur modern, kereta gantung, Teater IMAX Keong Mas, taman-taman flora dan fauna, dan Teater Tanah Airku.

Meskipun sempat beberapa kali ke Jakarta, tapi aku belum sempat menginjakkan kaki di Miniatur Indonesia ini. Namun bagiku TMII bukan lagi merupakan suatu hal yang asing. Mengapa? Karena sejak kecil aku sudah mendengar nama itu dari teman-teman yang pernah di undang ke Jakarta saat acara ulang tahun TMII yang ke-23. Kalau gak salah, saat itu Presiden Indonesia masih Pak Harto (Suharto). Selain itu, aku juga mengetahuinya lewat buku yang pernah ku baca.

Mungkin ada pembaca yang bertanya-tanya, apa yang dilakukan oleh teman-temanku sehingga mereka di undang ke acara ulang tahun TMII yang ke-23. Waktu itu, teman-temanku terpilih sebagai kontingen yang akan mewakili Sulawesi Tenggara pada acara ulang tahun “Taman Mini Indonesia Indah” yang ke-23.

Dalam acara ulang tahun tersebut, teman-temanku akan menampilkan tarian daerah Tomia yang merupakan salah satu tarian khas Kepulauan Tukang Besi yang saat ini populer dengan nama Wakatobi. Adapun tari-tarian yang di bawakan adalah Tari Eja-Eja. Bahkan tarian tersebut terpilih sebagai tarian pembuka pada acara ulang tahun TMII. Tentu saja tarian tersebut terpilih setelah di seleksi dengan tarian dari daerah lain di seluruh Indonesia.

Sebagai tarian yang terpilih, Tari Eja-Eja mendapatkan kepercayaan untuk memimpin barisan paling depan. Selain itu, Tari Eja-Eja merupakan tarian pertama yang akan mendapatkan kehormatan untuk berjabat tangan langsung dengan Presiden RI, yang mana saat itu di pegang oleh Suharto. Bahkan dalam pidatonya, Pak Harto berharap Tari Eja-Eja akan menjadi salah satu tarian nasional. Namun apa daya, pemerintah daerah tidak memanfaatkan peluang tersebut.

[caption id="attachment_376101" align="aligncenter" width="216" caption="Tarian Eja-Eja, Sumber Foto : Laborestay.pun.bz"][/caption]

Lantas, seperti apakah itu tarian Eja-Eja? Tari Eja-Eja atau dikenal juga dengan nama Sajo Moane adalah tarian yang biasa ditampilkan untuk menyambut prajurit kerajaan yang baru pulang dari medan perang. Sedangkan eja-eja itu sendiri bermakna merah-merah.

[caption id="attachment_376102" align="aligncenter" width="216" caption="Sumber Foto : Laborestay.pun.bz"]

14278303331013397690

[/caption]

Tarian ini di perankan oleh sekelompok anak-anak dan salah seorang dari mereka akan memberikan aba-aba, berupa teriakan “Lelekooo!”. Setelah itu, sekelompok anak-anak tersebut akan membentuk sebuah formasi perang. Dilengkapi senjata berupa parang dan tameng. Terlihat berjingkrak sembari memutar-mutar parang dan membentuk posisi bertahan dan menyerang.

[caption id="attachment_376103" align="aligncenter" width="216" caption="Membentuk Dua Formasi, Sumber : Laborestay.pun.bz"]

14278304821373346549

[/caption]

Lalu demi peragaan perang agar terlihat lebih menarik dan nyata, kelompok ini kemudian membagi diri menjadi dua kelompok sehingga terlihat seperti dua pasukan yang bebar-benar siap perang. Adegan dilanjutkan dengan saling serang menggunakan parang dan saling tahan tameng satu sama lain. Sedangkan untuk senjata dan tameng yang digunakan terbuat dari kayu.

Tarian ini biasanya digelar untuk menyambut tamu yang berkunjung ke Tomia, baik itu tamu pemerintah daerah maupun tamu domestik dan mancanegara. Dan untuk lebih lengkapnya bisa anda saksikan dalam video di bawah ini :

Makassar, 31 Maret 2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline